Untuk sebagian besar wilayah Indonesia, gelombang PHK
ini konon diperkirakan akan terus bertambah. Asumsi ini didasari oleh
perhitungan-perhitungan logis di lapangan, misalnya saja: biaya
operasional usaha yang semakin meningkat akibat kenaikan BBM, iklim
investasi yang belum menjanjikan karena faktor keamanan, hukum, bencan
alam, dan lain-lain.
Meski pemerintah sudah menetapkan beberapa anjuran moral agar pihak
industri jangan sedikit-sedikit menggunakan jurus PHK, tetapi toh
kenyataannya masih sulit dihindari. Ini mungkin terjadi karena faktor
kemampuan finansial yang kurang mendukung, bukan murni faktor moral para
pengelola perusahaan.
Dalam kamus dunia industri atau dunia kerja, PHK ini termasuk salah satu yang dirasakan sebagai musibah (
bad surprise)
bagi sebagian besar orang. Musibah di sini adalah adanya kenyataan
buruk yang tidak bisa diterima kedatangannya secara langsung dan
seketika. Sebagian besar orang akan menolak apabila terkena PHK.
Penolakan batin itu ada yang dilampiaskan dalam bentuk bingung, sedih,
pusing, setengah tidak percaya,
down, dan lain-lain.
Dipikir-pikir memang sangat manusiawi jika PHK itu sama artinya dengan musibah bagi sebagian besar orang. Why?
Karena yang hilang akibat keputusan PHK itu bukan hanya sumber
penghasilan saja. Sumber harga diri juga hilang, minimalnya status
sosial. Ada yang sengaja pindah rumah karena tidak kuat menghadapi
bisik-bisik tetangga di kompleknya. Pendeknya, PHK tidak saja
mengakibatkan berkurangnya isi rekening bank finansial, tetapi juga
dapat mengurangi / menguras isi rekening bank emosional. Gelombang alur
rekening bank emosi paska PHK itu tidak stabil. Gerakannya mirip seperti
gelombang yang turun-naik, bergejolak antara: harapan dan ketakutan,
kesedihan dan biasa-biasa, keyakinan dan keraguan, kehati-hatian dan
rasa malu, optimisme dan pesimisme, frustrasi dan termotivasi kembali.
Resep untuk dijalankan
Di bawah ini bukan obat untuk diminum lantas kita yakini akan
menjamin kesembuhan begitu kita bangun tidur. Kenyataan hidup ini
sepertinya tidak bisa dihadapi dengan rumusan yang cara kerjanya seperti
obat sakit kepala. Kenyataan hidup ini menuntut resep yang isinya
adalah apa saja yang harus kita lakukan dan apa saja yang harus kita
hindari, terlepas itu enak atau tidak enak. Di bawah ini adalah resep
untuk dijalankan. Beberapa resep yang perlu dijalankan paska PHK itu
antara lain:
1. Memperjuangkan Tujuan
Tujuan di sini adalah sasaran yang kita inginkan untuk terjadi dari
apa yang kita usahakan hari ini. Silahkan memilih tujuan yang cocok
sesuai dengan keadaan-personal anda. Anda boleh memilih mencari
pekerjaan lain, memilih usaha sendiri, menjadi "
self-employer", dan lain-lain. Tentukan tujuan yang jelas lalu perjuangkan tujuan itu.
Mengapa tujuan di sini menjadi penting? Setidaknya ada dua alasan yang perlu kita sadari.
Pertama,
tujuan adalah manajemen pikiran. Kalau kita sudah menetapkan tujuan dan
itu kita perjuangkan hari demi hari paska PHK, maka pikiran kita tidak
terbebani oleh ingatan pada hal-hal buruk yang menimpa kita.
Disadari atau tidak, sebenarnya yang membuat kita malas, berat
melangkah, dan semisalnya, kerapkali bukan karena tidak mampu melangkah,
tetapi karena pikiran ini kita gunakan untuk mengingat-ingat peristiwa
yang tidak memotivasi kita. Karena itu kita sering mendengar nasehat
bahwa fokus mengandung kekuatan.
Kedua, tujuan bertindak sebagai
"pengontrol nasib". Saya ingin menjelaskan istilah ini dengan meminjam
ungkapan lama yang mengatakan bahwa nasib kita tidak ditentukan oleh apa
yang menimpa kita hari ini. Nasib kita akan ditentukan oleh kemana
langkah ini akan kita gerakkan. Tujuan adalah sasaran di mana langkah
ini akan kita gerakkan untuk mencapainya. Kita semua tahu bahwa tujuan
apapun yang kita tetapkan, apalagi mendapatkan pekerjaan baru atau
membangun usaha baru, tentunya tidak dapat kita capai semudah membalik
tangan. Tetapi harus kita sadari bahwa dengan memiliki tujuan yang jelas
dan jelas-jelas kita perjuangkan, akan membuat kita termotivasi dan
terbentengi. Bahwa nantinya harus ada tujuan jangka pendek, tujuan
perantara, tujuan jangka panjang, atau tujuan ideal, ini semua masalah
tehnis yang harus kita sesuaikan dengan keadaan.
2. Menyadari Tanggung Jawab Personal
Yang membuat kita menderita, kehilangan sumber penghasilan,
kehilangan status dan lain-lain (dalam kasus PHK ini) boleh jadi bukan
ulah kita. Namun, karena kita yang menderita dan karena kita yang
menginginkan solusi, maka kitalah yang harus menjadi penanggung jawab
utama atas nasib kita. Kitalah yang harus bertanggung jawab untuk
menyembuhkan atau memperbaiki diri kita dari "luka batin" yang
diakibatkan keputusan PHK.
Dengan kata lain, kita tidak bisa mengandalkan solusi bagi hidup kita
pada orang lain atau pada manajemen perusahaan. Soal bahwa ada
persoalan hukum yang harus kita selesaikan dengan pihak lain, seperti
pada kasus IPTN, ini urusan hubungan kita dengan pihak lain yang sudah
ada mekanismenya. Kita bisa menempuh cara melalui hukum, melalui
kekeluargaan dan lain-lain.
Tanggung jawab yang tidak bisa dilemparkan kepada pihak lain adalah
tanggung jawab untuk memperbaiki diri dalam wilayah hubungan kita dengan
diri kita (intrapersonal). Tanggung jawab di wilayah ini tidak ada
mekanismenya kecuali harus diciptakan sendiri. Intinya, kita perlu
mengangkat diri sendiri sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas
perbaikan diri kita.
3. Mempertegas "positioning"
PHK memang PHK. Diotak-atik dengan menggunakan teori apapun, PHK itu
rasanya sama: pahit! Meski begitu, tapi pelajaran yang bisa dipetik bisa
bermacam-macam. Dari sekian orang yang saya tahu, pelajaran positif
yang bisa diambil dari peristiwa sedih ini adalah memperjelas
positioning. Maksudnya di sini adalah memperdalam pengetahuan tentang diri (
self-
understanding).
Saya yakin anda pun tidak kesulitan menemukan contoh yang bagus
tentang hal ini dari orang-orang di sekitar anda. Ada banyak orang yang
akhirnya menyadari keunggulan, kelemahan, kelebihan, kekurangan,dan
lain-lain, meski awalnya mereka menolak (secara batin). Bahkan tidak
sedikit yang menemukan profesi baru yang lebih pas dan lebih bagus.
Mungkin bisa diistilahkan dengan kalimat blessing in disguise.
Saya melihat bahwa mempertegas
positioning pada saat kita
menghadapi masa-masa sulit ini tidak saja berkaitan dengan soal itu
penting atau tidak. Tetapi ini berkaitan dengan kalkulasi logika yang
sehat. Kita gunakan untuk mempertegas
positioning atau tidak, toh
kenyataan yang kita hadapi memang begitu. Daripada waktu berlalu tanpa
guna, lebih baik kita gunakan untuk melakukan hal-hal yang positif.
4. Menambah jumlah orang
Salah satu hukum yang perlu ditaati oleh orang yang sedang mencari sesuatu yang berharga bagi dirinya adalah Hukum Kemungkinan (
the law of possibility).
Pasal dalam Hukum ini mengatakan bahwa semakin banyak orang yang kita
kenal maka semakin besar pula peluang keberhasilan kita.
People, people and people.
Semua yang kita cari pada dasarnya sudah sedang berada di tangan
orang. Semua rejeki yang datang kepada kita, termasuk peluang, datangnya
"melalui" proses atau pun "melalui" tangan orang lain. Tidak ada yang
jatuh dari langit atau muncul dari tengah-tengah halaman buku yang kita
baca atau muncul dari teori yang kita hafal.
Praktek hidup membuktikan, orang yang kita kenal
berperan sangat besar bagi keberhasilan kita. Tujuan apapun yang kita
pilih, entah itu mau mencari pekerjaan baru, membangun usaha baru, atau
menjalani profesi baru, atau apapun, tak akan lepas dari peranan orang
yang kita kenal. Terlepas anda setuju atau tidak, tetapi di sini Dale
Carnegie ingin menyadarkan betapa pentingnya orang lain itu bagi kita.
"Satu – satunya rumus paling penting bagi kesuksesan adalah mengetahui
bagaimana berhubungan dengan orang lain", katanya begitu. Tentu saja
bukan sembarang orang yang punya arti penting bagi kita.
5. Keimanan-kreatif
Iman yang saya maksudkan di sini bukan iman pernyataan (ucapan
mulut). Pada level ini semua orang pasti beriman. Iman yang saya
maksudkan adalah iman dalam level pembuktian. Lantas, apa hubungannya
dengan PHK? Semua doktrin keimanan akan mengajarkan bahwa kita ini
dimiliki (
being owned) oleh Tuhan, bukan kita yang memiliki
Tuhan. Dan, Tuhan itu punya sifat yang antara lain adalah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
Dengan doktrin itu, orang beriman diperintahkan untuk meyakini seyakin-yakinnya bahwa solusi (
rahmat atau kasih sayang Tuhan)
itu pasti ada. Soal teknisnya bagaimana dan seperti apa, itu soal lain.
Yang penting, selama masih ada usaha, solusi pasti ada. Karena itu,
pencarian harus selalu dilakukan. Bila ada satu tempat yang belum
memberi solui, berarti solusi yang kita cari berada di tempat lain atau
dengan menggunakan cara lain. Dan begitu seterusnya. Inilah kreatif itu.
Muatan keimanan demikian sangat kita butuhkan sebagai
dorongan untuk berusaha secara terus menerus, bukan sebagai pembenar
untuk pasrah-kalah terhadap kenyataan. Bayangkan apa yang terjadi ketika
kita sudah berkesimpulan ditinggalkan Tuhan atau sudah tidak dimiliki
lagi? Bayangkan apa yang terjadi ketika kita sudah berkesimpulan bahwa
Tuhan telah menjegal langkah kita sampai di sini?
Meski kesimpulan negatif demikian tidak ber-efek
apapun pada "Diri Tuhan", tetapi usaha kita, dengan kesimpulan seperti
itu, sudah lebih dulu dikalahkan oleh keputusasaan (baca: kalah oleh
perintah setan) atau sudah dikalahkan oleh opini kita sendiri. Kita
semua diajarkan untuk menaati perintah Tuhan dan dilarang menaati
perintah setan. Tuhan menyuruh kita mencari terus, sementara setan
menyuruh kita berhenti mencari. Bukti keimanan adalah ketika kita terus
mencari karena kita yakin bahwa apa yang kita cari itu ada atau sudah
disediakan. Selamat berusaha!!