Oleh : Johanes Papu
Jakarta, 23 Juni 2003
Kemarahan pada dasarnya merupakan suatu hal yang
normal dan pasti pernah dialami oleh semua individu. Di satu sisi
manusia memang harus melepaskan semua amarah yang ada di dalam dirinya
agar diperoleh suatu kelegaan atau terlepas dari adanya suatu beban
berat. Namun di sisi lain tentu saja dituntut cara-cara yang tepat untuk
mengungkapkan kemarahan tersebut sebab jika tidak maka hal itu bisa
merusak sendi-sendi kehidupan yang mungkin sudah tertata dengan baik.
Dengan kata lain individu harus mampu mengendalikan kemarahan tersebut
sebelum kemarahan itu justru yang mengendalikan hidupnya. Dalam ruang
konseling di website ini banyak sekali para member yang sudah mengalami
bagaimana kemarahan sudah mengambil kendali dalam hidup mereka. Beberapa
diantaranya menjadi sangat frustrasi karena menyadari bahwa dirinya
begitu gampang terpancing untuk marah baik di kantor maupun di rumah
sehingga tidak lagi mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain
(pacar, istri-anak, rekan kerja, maupun atasan-bawahan).
Dengan kondisi yang demikian tentu saja si "pemarah"
tersebut harus mendapatkan pertolongan dari para profesional sebab
ketidakberdayaan untuk mengendalikan amarah sudah menimbulkan masalah
baru. Hal seperti ini tentu amat disayangkan mengingat bahwa rasa marah
(amarah) sebenarnya bisa dikendalikan ataupun dicarikan cara yang tepat
untuk mengeluarkannya. Inilah yang akan dicoba untuk dibahas dalam
artikel singkat ini dengan suatu harapan bahwa para pembaca dapat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Amarah
Amarah adalah salahsatu bentuk emosi manusia yang
sepenuhnya bersifat normal dan sehat. Setiap individu pasti pernah marah
dengan berbagai alasan. Meski merupakan suatu hal yang wajar dan sehat,
namun jika tidak dikendalikan dengan tepat dan bersifat destruktif maka
amarah akan berpotensi besar untuk menimbulkan masalah baru, seperti
masalah di tempat kerja, di keluarga, atau pun hubungan interpersonal.
Faktor penyebab mengapa seseorang menjadi marah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: external dan internal. Faktor external
adalah hal-hal yang datang dari luar diri sang individu. Contoh: Anda
marah kepada atasan atau bawahan anda; anda juga bisa menjadi marah
karena terjebak macet atau tertundanya jadwal penerbangan. Di samping
hal-hal external tersebut, kemarahan juga dapat disebabkan oleh adanya
faktor-faktor yang ada di dalam diri anda. Dengan kata lain ada unfinished business
yang bisa memicu anda untuk marah. Contoh: ketakutan atau kekuatiran
terhadap suatu hal tertentu, ketidakmampuan dalam berinteraksi, adanya
pengalaman traumatik atau pun kenangan pahit di masa lalu.
Pemberang vs Kalem
Sehubungan dengan kemarahan,
dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai bahwa ada
individu-individu tertentu yang sangat gampang marah. Mereka bisa marah
terhadap hal apa saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Singkat kata
mereka ini lebih banyak menunjukkan kemarahan dibandingkan dengan
individu-individu lainnya. Individu-individu seperti inilah yang biasa
di sebut "Pemberang" atau sering pula disebut sebagai orang yang
"emosional" (meski istilah ini menurut saya kurang tepat).
Individu-individu ini amat sering terlihat mengomel, menggerutu,
memboikot atau menarik diri dari pergaulan, berteriak, bahkan sampai
melemparkan barang-barang atau mengeluarkan kata-kata tidak senonoh.
Sementara itu kita juga
menjumpai bahwa ada individu yang jarang sekali terlihat marah bahkan
seolah-olah tidak pernah marah. Mereka tidak meluapkan kemarahan dengan
cara meledak-ledak tetapi lebih terlihat tenang-tenang saja (kalem) atau
paling-paling hanya sebatas menggerutu atau mengeluh.
Individu yang mudah sekali
menjadi marah biasanya adalah mereka yang memiliki tingkat toleransi
yang rendah terhadap suatu tekanan atau hal-hal yang menyebabkan rasa
frustrasi (low tolerance for frustration). Individu seperti ini
menganggap bahwa mereka tidak selayaknya menerima kondisi yang tidak
menyenangkan. Mereka sangat sulit mengambil hikmah dari situasi yang
tidak menyenangkan dan menjadi marah ketika situasi "tidak berpihak"
mereka seperti ketika sedang dikritik atau ditegur karena melakukan
suatu kesalahan.
Adapun faktor yang bisa menjadi
penyebab mengapa individu tertentu gampang sekali menjadi marah dapat
dibagi dalam beberapa faktor sebagai berikut:
1. Genetik
Fakta genetik menunjukkan bahwa beberapa anak memang
terlahir dengan karakteristik mudah marah. Hal ini bisa dilihat pada
awal-awal tahun kehidupan sang anak.
2. Sosial-Budaya
Dalam budaya masyarakat tertentu amarah atau marah
sering dianggap sebagai suatu hal yang negatif. Individu seringkali
diajarkan bahwa mengungkapkan atau melepaskan kecemasan, depresi atau
emosi yang lain adalah baik kecuali kemarahan. Akibatnya individu
menjadi tidak pernah belajar bagaimana mengatasi rasa marah ataupun
mengekpresikan kemarahan secara konstruktif.
3. Latarbelakang Keluarga
Tak bisa dipungkiri bahwa faktor keluarga memainkan
peranan yang signifikan terhadap gampang atau tidaknya seseorang menjadi
marah. Nampaknya pepatah kuno yang mengatakan bahwa "buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya" masih berlaku. Hasil penelitian membuktikan bahwa
individu-individu yang gampang marah seringkali berasal dari keluarga
yang berantakan dan tidak trampil dalam mengungkapkan emosi ataupun
berkomunikasi. Selain itu dijumpai pula bahwa orangtua yang "pemberang"
cenderung menghasilkan anak yang pemberang pula (workplaceblue.com).
Beberapa Pendekatan
Anda tidak mungkin menghilangkan atau menghindari
sesuatu yang menjadi penyebab kemarahan. Andapun akan sangat sulit
(bahkan tidak mungkin) untuk bisa mengubah orang lain agar tidak membuat
anda marah. Satu hal yang bisa ada lakukan adalah mnegndalikan emosi
anda sendiri. Dalam rangka menyalurkan dan mengendalikan kemarahan, maka
ada tiga pendekatan yang bisa dipilih:
1. Mengekspresikan Kemarahan secara Asertif
Mengekspresikan kemarahan anda dengan cara assertif -
tidak agresif - merupakan cara yang paling sehat dalam mengungkapkan
kemarahan. Untuk bisa melakukan hal ini maka anda harus belajar
menentukan kebutuhan-kebutuhan anda dan bagaimana cara mencapainya tanpa
harus menyakiti orang lain. Dengan bertindak asertif berarti anda
menghormati diri anda sendiri dan orang lain. (baca artikel:
Asertivitas)
2. Menahan Amarah dan Mengalihkannya
Hal ini terjadi ketika anda menahan rasa marah,
berhenti memikirkannya dan mencoba memfokuskan diri pada sesuatu hal
yang positif. Tujuannya adalah agar dapat mengurangi rasa marah yang
sedang meluap dan mengubahnya menjadi tindakan yang konstruktif. Contoh:
ketika sedang marah maka anda justru bekerja lebih lama dan produktif.
Sayangnya cara ini bisa merugikan diri sendiri. Artinya jika kemarahan
yang ditekan tersebut sudah sangat banyak dan tidak pernah dikeluarkan
maka dapat mengakibatkan hipertensi, depresi atau pun tekanan darah
tinggi.
3. Menenangkan Diri
Cara lain yang bisa ditempuh dalam mengendalikan
kemarahan adalah dengan cara menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam
dan mencoba meredakan emosi.. Dalam hal ini ketika amarah datang maka
anda segera mengambil jarak dari sumber penyebab kemarahan dan mencoba
untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak di dalam diri anda
sendiri. Dengan demikian diharapkan bahwa amarah yang ada di dalam diri
anda berangsur-angsur mereda.
Mengendalikan Amarah
Beberapa hal berikut ini mungkin layak anda pertimbangkan untuk mengendalikan amarah:
1. Relaksasi
Melakukan relaksasi terbukti dapat membuat seseroang
menjadi tenang dalam menghadapi berbagai situasi yang kurang
menyenangkan atau penuh tekanan. Relaksasi dapat dilakukan dengan
berbagai variasi, misalnya menarik nafas dalam-dalam, melakukan
latihan-latihan ringan untuk mengendurkan otot-otot, atau pun dengan
kata-kata: "relaks; tenang aja; take it easy; gak apa-apa kok".
2. Humor
Meskipun amarah merupakan suatu hal yang serius
tetapi jika anda mau merenungkan atau mencermatinya secara mendalam maka
tidak jarang di dalam kemarahan seringkali tersimpan hal-hal yang bisa
membuat anda tertawa. Bahkan seringkali anda menemukan bahwa hal-hal
yang menjadi penyebab kemarahan adalah suatu hal yang lucu dan sangat
sepele. Namun demikian dalam penggunaan humor hendaklah perlu
diperhatikan 2 hal: 1) jangan menggunakan humor hanya untuk
mentertawakan masalah yang sedang anda hadapi tetapi gunakan humor
sebagai suatu cara yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah; 2)
jangan menggunakan humor-humor yang bersifat kasar atau sarkastik sebab
hal itu merupakan bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sehat.
3. Mengubah Cara Pandang
Individu yang sedang marah cenderung mengumpat,
mengutuk, menyumpah dan mengucapkan berbagai macam kata-kata yang
menggambarkan perasaan di dalam hatinya. Ketika sedang marah maka
pikiran anda dan tindakan bisa menjadi berlebih-lebihan dan dramatis.
Oleh karena itu cobalah mengubah pikiran-pikiran yang berlebih-lebihan
tersebut dengan suatu yang rasional. Contoh: daripada anda mengatakan:
"ah, ini sangat mengerikan, hancur semuanya, ini adalah mimpi buruk bagi
saya", cobalah mengubahnya dengan : "ya memang hal ini membuat saya
frustrasi, dan saya bisa memahami mengapa saya menjadi marah, tetapi ini
bukanlah akhir dari segala-galanya bagi saya dan kemarahan tidak akan
mengubah apa-apa".
Mengingat bahwa amarah seringkali berubah menjadi
irasional maka untuk mengendalikannya dibutuhkan pemikiran yang logis.
Semakin anda bisa berpikir logis (bisa mempertimbangkan akibatnya dan
berpikir jauh ke depan, dsb) maka akan semakin mudah anda mengendalikan
amarah dalam diri. Ingatkan diri anda bahwa apa yang sedang terjadi
pasti tidak hanya dialami oleh anda seorang diri dan dunia tidak pernah
berpaling dari anda. Apa yang sedang terjadi hanyalah merupakan suatu
"tinta merah" dalam kehidupan anda. Ingat-ingat akan hal ini setiap kali
anda merasa marah supaya anda bisa mendapat pandangan yang lebih
seimbang.
4. Selesaikan Masalah secara Tuntas
Mengingat bahwa kemarahan bisa dipicu oleh hal-hal
yang datang dari dalam diri seperti adanya masalah yang belum
terselesaikan, maka akan sangat baik jika anda menyelesaikan setiap
masalah yang muncul sesegara mungkin dan tuntas. Meskipun dalam hidup
mungkin ada masalah yang bisa terselesaikan tanpa campurtangan anda
secara signifikan, namun alangkah baiknya jika anda membiasakan diri
menyelesaikan setiap permasalahan yang berhubungan dengan diri anda.
Dengan berkurangnya beban psikologis dalam diri anda maka kemungkinan
menjadi marahpun akan berkurang.
5. Melatih cara Berkomunikasi
Dalam banyak kasus orang menjadi marah karena
kegagalan dalam berkomunikasi. Contoh: ketidaksiapan dalam menghadapi
perbedaan pendapat, tidak bersedia menjadi pendengar atau pun selalu
berusaha memaksakan kehendak pada orang lain. Hal-hal seperti inilah
yang biasanya membuat orang yang marah cenderung mengambil kesimpulan
secara cepat dan kesimpulan tersebut seringkali aneh dan tak terduga.
Meskipun setiap individu berhak untuk membela diri
ketika dikritik atau diajak adu argumentasi, namun untuk itu diperlukan
ketenangan dan sikap untuk tidak merespon secara terburu-buru. Ada
baiknya anda mendengarkan secara cermat apa yang ingin disampaikan oleh
orang lain, bahkan ketika orang tersebut mengemukakan pendapat yang
bertentangan dengan anda. Hal ini memang memerlukan kesabaran dan sikap
rendah hati dari anda, tetapi dampaknya akan sangat bermanfaat sebab
ketika tidak timbul amarah dalam diri anda maka situasi yang ada pasti
dapat dikendalikan. Hasil positifnya anda menjadi lebih matang dalam
berkomunikasi.
6. Mengubah Lingkungan
Apa yang dimaksudkan dengan mengubah lingkungan dapat
berupa penataan kembali tempat tinggal ataupun tempat kerja anda.
Mengubah lingkungan dapat juga berarti merubah aturan main yang berlaku
di lingkungan tersebut dan juga termasuk mengubah kebiasaan diri anda
sendiri untuk menghindari lingkungan yang tidak menyenangkan atau keluar
dari lingkungan tersebut untuk sementara waktu. Contoh: daripada anda
menjadi marah-marah kepada rekan kerja karena jenuh dengan kondisi kerja
yang ada, maka ada baiknya anda mengambil cuti kerja dan pergi ke suatu
tempat untuk menenangkan diri. Dengan cara ini maka pikiran anda akan
menjadi fresh kembali dan siap bekerja tanpa marah-marah.
7. Melakukan Konseling
Mengingat bahwa setiap individu memiliki sumber daya
yang berbeda dalam menghadapi suatu situasi yang penuh tekanan maka
ketika anda merasa bahwa anda tidak lagi mampu mengendalikan amarah maka
ada baiknya jika anda melakukan konseling dengan psikolog atau para
profesional lainnya. Melalui bantuan para profesional ini anda mungkin
akan diberikan bimbingan bagaimana cara-cara yang tepat dalam
mengendalikan amarah agar tidak merusak aspek kehidupan yang lain. Tentu
saja hasilnya tidak akan instant tetapi setidaknya hal itu akan
membantu anda menjadi lebih baik.
Disamping hal-hal yang telah disebutkan diatas,
mungkin masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh anda untuk
mengendali amarah di dalam diri. Salahsatu yang patut dicatat adalah
dengan semakin mendekatkan diri pada TUHAN. Dengan kata lain ketika anda
berada dalam situasi tidak menyenangkan dan anda ingat bahwa hal
tersebut adalah dari TUHAN maka saya yakin anda pasti akan berpikir
panjang untuk benar-benar menjadi marah. Akhir kata: anda tidak akan
pernah bisa menghilangkan amarah tetapi anda bisa mengendalikannya.
Hidup pasti akan selalu diwarnai oleh suka dan duka, frustrasi,
kepahitan dan kehilangan, serta tindakan yang tak terduga dari orang
lain atau lingkungan. Anda tidak bisa menghindari hal tersebut tetapi
anda bisa mengubah cara bagaimana hal itu bisa mempengaruhi diri anda.
Mengendalikan amarah akan membuat anda menjadi lebih tenang dan mampu
menikmati hidup selamanya. Semoga berguna.....(jp)
Kemarahan pada dasarnya merupakan suatu hal yang
normal dan pasti pernah dialami oleh semua individu. Di satu sisi
manusia memang harus melepaskan semua amarah yang ada di dalam dirinya
agar diperoleh suatu kelegaan atau terlepas dari adanya suatu beban
berat. Namun di sisi lain tentu saja dituntut cara-cara yang tepat untuk
mengungkapkan kemarahan tersebut sebab jika tidak maka hal itu bisa
merusak sendi-sendi kehidupan yang mungkin sudah tertata dengan baik.
Dengan kata lain individu harus mampu mengendalikan kemarahan tersebut
sebelum kemarahan itu justru yang mengendalikan hidupnya. Dalam ruang
konseling di website ini banyak sekali para member yang sudah mengalami
bagaimana kemarahan sudah mengambil kendali dalam hidup mereka. Beberapa
diantaranya menjadi sangat frustrasi karena menyadari bahwa dirinya
begitu gampang terpancing untuk marah baik di kantor maupun di rumah
sehingga tidak lagi mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain
(pacar, istri-anak, rekan kerja, maupun atasan-bawahan).
Dengan kondisi yang demikian tentu saja si "pemarah"
tersebut harus mendapatkan pertolongan dari para profesional sebab
ketidakberdayaan untuk mengendalikan amarah sudah menimbulkan masalah
baru. Hal seperti ini tentu amat disayangkan mengingat bahwa rasa marah
(amarah) sebenarnya bisa dikendalikan ataupun dicarikan cara yang tepat
untuk mengeluarkannya. Inilah yang akan dicoba untuk dibahas dalam
artikel singkat ini dengan suatu harapan bahwa para pembaca dapat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Amarah adalah salahsatu bentuk emosi manusia yang
sepenuhnya bersifat normal dan sehat. Setiap individu pasti pernah marah
dengan berbagai alasan. Meski merupakan suatu hal yang wajar dan sehat,
namun jika tidak dikendalikan dengan tepat dan bersifat destruktif maka
amarah akan berpotensi besar untuk menimbulkan masalah baru, seperti
masalah di tempat kerja, di keluarga, atau pun hubungan interpersonal.
Faktor penyebab mengapa seseorang menjadi marah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: external dan internal. Faktor external
adalah hal-hal yang datang dari luar diri sang individu. Contoh: Anda
marah kepada atasan atau bawahan anda; anda juga bisa menjadi marah
karena terjebak macet atau tertundanya jadwal penerbangan. Di samping
hal-hal external tersebut, kemarahan juga dapat disebabkan oleh adanya
faktor-faktor yang ada di dalam diri anda. Dengan kata lain ada unfinished business
yang bisa memicu anda untuk marah. Contoh: ketakutan atau kekuatiran
terhadap suatu hal tertentu, ketidakmampuan dalam berinteraksi, adanya
pengalaman traumatik atau pun kenangan pahit di masa lalu.
Sehubungan dengan kemarahan,
dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai bahwa ada
individu-individu tertentu yang sangat gampang marah. Mereka bisa marah
terhadap hal apa saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Singkat kata
mereka ini lebih banyak menunjukkan kemarahan dibandingkan dengan
individu-individu lainnya. Individu-individu seperti inilah yang biasa
di sebut "Pemberang" atau sering pula disebut sebagai orang yang
"emosional" (meski istilah ini menurut saya kurang tepat).
Individu-individu ini amat sering terlihat mengomel, menggerutu,
memboikot atau menarik diri dari pergaulan, berteriak, bahkan sampai
melemparkan barang-barang atau mengeluarkan kata-kata tidak senonoh.
Sementara itu kita juga
menjumpai bahwa ada individu yang jarang sekali terlihat marah bahkan
seolah-olah tidak pernah marah. Mereka tidak meluapkan kemarahan dengan
cara meledak-ledak tetapi lebih terlihat tenang-tenang saja (kalem) atau
paling-paling hanya sebatas menggerutu atau mengeluh.
Individu yang mudah sekali
menjadi marah biasanya adalah mereka yang memiliki tingkat toleransi
yang rendah terhadap suatu tekanan atau hal-hal yang menyebabkan rasa
frustrasi (low tolerance for frustration). Individu seperti ini
menganggap bahwa mereka tidak selayaknya menerima kondisi yang tidak
menyenangkan. Mereka sangat sulit mengambil hikmah dari situasi yang
tidak menyenangkan dan menjadi marah ketika situasi "tidak berpihak"
mereka seperti ketika sedang dikritik atau ditegur karena melakukan
suatu kesalahan.
Adapun faktor yang bisa menjadi
penyebab mengapa individu tertentu gampang sekali menjadi marah dapat
dibagi dalam beberapa faktor sebagai berikut:
Fakta genetik menunjukkan bahwa beberapa anak memang
terlahir dengan karakteristik mudah marah. Hal ini bisa dilihat pada
awal-awal tahun kehidupan sang anak.
Dalam budaya masyarakat tertentu amarah atau marah
sering dianggap sebagai suatu hal yang negatif. Individu seringkali
diajarkan bahwa mengungkapkan atau melepaskan kecemasan, depresi atau
emosi yang lain adalah baik kecuali kemarahan. Akibatnya individu
menjadi tidak pernah belajar bagaimana mengatasi rasa marah ataupun
mengekpresikan kemarahan secara konstruktif.
Tak bisa dipungkiri bahwa faktor keluarga memainkan
peranan yang signifikan terhadap gampang atau tidaknya seseorang menjadi
marah. Nampaknya pepatah kuno yang mengatakan bahwa "buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya" masih berlaku. Hasil penelitian membuktikan bahwa
individu-individu yang gampang marah seringkali berasal dari keluarga
yang berantakan dan tidak trampil dalam mengungkapkan emosi ataupun
berkomunikasi. Selain itu dijumpai pula bahwa orangtua yang "pemberang"
cenderung menghasilkan anak yang pemberang pula (workplaceblue.com).
Anda tidak mungkin menghilangkan atau menghindari
sesuatu yang menjadi penyebab kemarahan. Andapun akan sangat sulit
(bahkan tidak mungkin) untuk bisa mengubah orang lain agar tidak membuat
anda marah. Satu hal yang bisa ada lakukan adalah mnegndalikan emosi
anda sendiri. Dalam rangka menyalurkan dan mengendalikan kemarahan, maka
ada tiga pendekatan yang bisa dipilih:
Mengekspresikan kemarahan anda dengan cara assertif -
tidak agresif - merupakan cara yang paling sehat dalam mengungkapkan
kemarahan. Untuk bisa melakukan hal ini maka anda harus belajar
menentukan kebutuhan-kebutuhan anda dan bagaimana cara mencapainya tanpa
harus menyakiti orang lain. Dengan bertindak asertif berarti anda
menghormati diri anda sendiri dan orang lain. (baca artikel:
Asertivitas)
Hal ini terjadi ketika anda menahan rasa marah,
berhenti memikirkannya dan mencoba memfokuskan diri pada sesuatu hal
yang positif. Tujuannya adalah agar dapat mengurangi rasa marah yang
sedang meluap dan mengubahnya menjadi tindakan yang konstruktif. Contoh:
ketika sedang marah maka anda justru bekerja lebih lama dan produktif.
Sayangnya cara ini bisa merugikan diri sendiri. Artinya jika kemarahan
yang ditekan tersebut sudah sangat banyak dan tidak pernah dikeluarkan
maka dapat mengakibatkan hipertensi, depresi atau pun tekanan darah
tinggi.
Cara lain yang bisa ditempuh dalam mengendalikan
kemarahan adalah dengan cara menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam
dan mencoba meredakan emosi.. Dalam hal ini ketika amarah datang maka
anda segera mengambil jarak dari sumber penyebab kemarahan dan mencoba
untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak di dalam diri anda
sendiri. Dengan demikian diharapkan bahwa amarah yang ada di dalam diri
anda berangsur-angsur mereda.
Beberapa hal berikut ini mungkin layak anda pertimbangkan untuk mengendalikan amarah:
Melakukan relaksasi terbukti dapat membuat seseroang
menjadi tenang dalam menghadapi berbagai situasi yang kurang
menyenangkan atau penuh tekanan. Relaksasi dapat dilakukan dengan
berbagai variasi, misalnya menarik nafas dalam-dalam, melakukan
latihan-latihan ringan untuk mengendurkan otot-otot, atau pun dengan
kata-kata: "relaks; tenang aja; take it easy; gak apa-apa kok".
Meskipun amarah merupakan suatu hal yang serius
tetapi jika anda mau merenungkan atau mencermatinya secara mendalam maka
tidak jarang di dalam kemarahan seringkali tersimpan hal-hal yang bisa
membuat anda tertawa. Bahkan seringkali anda menemukan bahwa hal-hal
yang menjadi penyebab kemarahan adalah suatu hal yang lucu dan sangat
sepele. Namun demikian dalam penggunaan humor hendaklah perlu
diperhatikan 2 hal: 1) jangan menggunakan humor hanya untuk
mentertawakan masalah yang sedang anda hadapi tetapi gunakan humor
sebagai suatu cara yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah; 2)
jangan menggunakan humor-humor yang bersifat kasar atau sarkastik sebab
hal itu merupakan bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sehat.
Individu yang sedang marah cenderung mengumpat,
mengutuk, menyumpah dan mengucapkan berbagai macam kata-kata yang
menggambarkan perasaan di dalam hatinya. Ketika sedang marah maka
pikiran anda dan tindakan bisa menjadi berlebih-lebihan dan dramatis.
Oleh karena itu cobalah mengubah pikiran-pikiran yang berlebih-lebihan
tersebut dengan suatu yang rasional. Contoh: daripada anda mengatakan:
"ah, ini sangat mengerikan, hancur semuanya, ini adalah mimpi buruk bagi
saya", cobalah mengubahnya dengan : "ya memang hal ini membuat saya
frustrasi, dan saya bisa memahami mengapa saya menjadi marah, tetapi ini
bukanlah akhir dari segala-galanya bagi saya dan kemarahan tidak akan
mengubah apa-apa".
Mengingat bahwa amarah seringkali berubah menjadi
irasional maka untuk mengendalikannya dibutuhkan pemikiran yang logis.
Semakin anda bisa berpikir logis (bisa mempertimbangkan akibatnya dan
berpikir jauh ke depan, dsb) maka akan semakin mudah anda mengendalikan
amarah dalam diri. Ingatkan diri anda bahwa apa yang sedang terjadi
pasti tidak hanya dialami oleh anda seorang diri dan dunia tidak pernah
berpaling dari anda. Apa yang sedang terjadi hanyalah merupakan suatu
"tinta merah" dalam kehidupan anda. Ingat-ingat akan hal ini setiap kali
anda merasa marah supaya anda bisa mendapat pandangan yang lebih
seimbang.
Mengingat bahwa kemarahan bisa dipicu oleh hal-hal
yang datang dari dalam diri seperti adanya masalah yang belum
terselesaikan, maka akan sangat baik jika anda menyelesaikan setiap
masalah yang muncul sesegara mungkin dan tuntas. Meskipun dalam hidup
mungkin ada masalah yang bisa terselesaikan tanpa campurtangan anda
secara signifikan, namun alangkah baiknya jika anda membiasakan diri
menyelesaikan setiap permasalahan yang berhubungan dengan diri anda.
Dengan berkurangnya beban psikologis dalam diri anda maka kemungkinan
menjadi marahpun akan berkurang.
Dalam banyak kasus orang menjadi marah karena
kegagalan dalam berkomunikasi. Contoh: ketidaksiapan dalam menghadapi
perbedaan pendapat, tidak bersedia menjadi pendengar atau pun selalu
berusaha memaksakan kehendak pada orang lain. Hal-hal seperti inilah
yang biasanya membuat orang yang marah cenderung mengambil kesimpulan
secara cepat dan kesimpulan tersebut seringkali aneh dan tak terduga.
Meskipun setiap individu berhak untuk membela diri
ketika dikritik atau diajak adu argumentasi, namun untuk itu diperlukan
ketenangan dan sikap untuk tidak merespon secara terburu-buru. Ada
baiknya anda mendengarkan secara cermat apa yang ingin disampaikan oleh
orang lain, bahkan ketika orang tersebut mengemukakan pendapat yang
bertentangan dengan anda. Hal ini memang memerlukan kesabaran dan sikap
rendah hati dari anda, tetapi dampaknya akan sangat bermanfaat sebab
ketika tidak timbul amarah dalam diri anda maka situasi yang ada pasti
dapat dikendalikan. Hasil positifnya anda menjadi lebih matang dalam
berkomunikasi.
Apa yang dimaksudkan dengan mengubah lingkungan dapat
berupa penataan kembali tempat tinggal ataupun tempat kerja anda.
Mengubah lingkungan dapat juga berarti merubah aturan main yang berlaku
di lingkungan tersebut dan juga termasuk mengubah kebiasaan diri anda
sendiri untuk menghindari lingkungan yang tidak menyenangkan atau keluar
dari lingkungan tersebut untuk sementara waktu. Contoh: daripada anda
menjadi marah-marah kepada rekan kerja karena jenuh dengan kondisi kerja
yang ada, maka ada baiknya anda mengambil cuti kerja dan pergi ke suatu
tempat untuk menenangkan diri. Dengan cara ini maka pikiran anda akan
menjadi fresh kembali dan siap bekerja tanpa marah-marah.
Mengingat bahwa setiap individu memiliki sumber daya
yang berbeda dalam menghadapi suatu situasi yang penuh tekanan maka
ketika anda merasa bahwa anda tidak lagi mampu mengendalikan amarah maka
ada baiknya jika anda melakukan konseling dengan psikolog atau para
profesional lainnya. Melalui bantuan para profesional ini anda mungkin
akan diberikan bimbingan bagaimana cara-cara yang tepat dalam
mengendalikan amarah agar tidak merusak aspek kehidupan yang lain. Tentu
saja hasilnya tidak akan instant tetapi setidaknya hal itu akan
membantu anda menjadi lebih baik.
Disamping hal-hal yang telah disebutkan diatas,
mungkin masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh anda untuk
mengendali amarah di dalam diri. Salahsatu yang patut dicatat adalah
dengan semakin mendekatkan diri pada TUHAN. Dengan kata lain ketika anda
berada dalam situasi tidak menyenangkan dan anda ingat bahwa hal
tersebut adalah dari TUHAN maka saya yakin anda pasti akan berpikir
panjang untuk benar-benar menjadi marah. Akhir kata: anda tidak akan
pernah bisa menghilangkan amarah tetapi anda bisa mengendalikannya.
Hidup pasti akan selalu diwarnai oleh suka dan duka, frustrasi,
kepahitan dan kehilangan, serta tindakan yang tak terduga dari orang
lain atau lingkungan. Anda tidak bisa menghindari hal tersebut tetapi
anda bisa mengubah cara bagaimana hal itu bisa mempengaruhi diri anda.
Mengendalikan amarah akan membuat anda menjadi lebih tenang dan mampu
menikmati hidup selamanya. Semoga berguna.....(jp)
No comments:
Post a Comment