ads ads ads ads

Monday, February 10, 2014

Melatonin Berpotensi Memperlambat Pertumbuhan Kanker Payudara

Maya Sofia, Marlina Irdayanti
Jum'at, 7 Februari 2014, 15:24 WIB


Melatonin selama ini dikenal sebagai hormon yang berfungsi untuk mengatur jam biologis tubuh. Ia bekerja untuk mengatur ritme sirkadian dan pola tidur seseorang. Sehingga di jam-jam tertentu, tubuh akan merasa lelah dan mengantuk hingga akhirnya tertidur.

Tapi, peneliti telah menemukan bahwa hormon melatonin tidak hanya sekadar berfungsi mengatur jam biologis tubuh. Ia juga mampu memperlambat penyebaran kanker di dalam tubuh. Menurut American Cancer Society, ini karena melatonin merupakan antioksidan alami dari tubuh yang mampu mengurangi jumlah partikel radikal bebas.

Untuk menguji melatonin dalam pengobatan kanker, peneliti pernah menggunakan hormon itu sendiri dan mengombinasikannya bersama kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, serta imunoterapi.

Penelitian terbaru, melihat efek terapi melatonin dengan pertumbuhan tumor dan angiogenesis, yang merupakan pembentukan pembuluh darah baru yang membantu penyebaran tumor. Para peneliti pun menggunakan tikus yang menderita kanker payudara triple negatif untuk menguji hormon tersebut.
Tikus-tikus itu dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi suntikan farmakologis melatonin, satu jam sebelum lampu dimatikan selama 21 hari. Ini dilakukan untuk meningkatkan efek melatonin, karena hormon tersebut akan bekerja lebih aktif dalam gelap. Sementara kelompok kedua tidak mendapat suntikan apapun dan berfungsi sebagai kelompok pembanding.

Setelah 21 hari, para peneliti melihat perkembangan kanker dengan menggunakan sinar x-ray. Hasilnya, tikus yang menjalani terapi tersebut memiliki tumor yang lebih kecil.
Selain itu, mereka juga mengalami pertumbuhan sel kanker yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kedua. Hal ini terjadi karena terhambatnya pembuatan pembuluh darah baru yang digunakan sel kanker untuk menyebar dan memperbesar tumor.

Salah seorang peneliti dari Departemen Radiologi di Henry Ford Hospital, Adarsh Shankar, mengatakan bahwa penelitian mengenai efek melatonin terhadap kanker payudara adalah penelitian awal yang belum pernah dilakukan di tempat lain.

"Hal utama dari penelitian tersebut adalah bahwa sekarang kita tahu bahwa kita dapat menelusuri obat ini dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tumor," ujar Shankar seperti dikutip laman Medical Daily.

Hubungan antara melatonin dengan tumor sudah pernah di beritakan sebelumnya. Beberapa bulan lalu ditemukan bahwa pria dengan melatonin tinggi bisa memangkas risiko kanker prostat sebanyak 75 persen. viva.co.id

Studi: Pembutaan Sementara Bisa Pulihkan Tuna Rungu

Rizky Sekar Afrisia, Marlina Irdayanti
Minggu, 9 Februari 2014, 14:14 WIB


Kabar bahwa kehilangan satu indera bisa menguatkan indera lainnya, bukan mitos belaka. Penelitian dari John Hopkins University di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, sudah membuktikannya.
Peneliti menguji coba tikus. Tikus-tikus diletakkan di tempat gelap agar “buta” sementara. Selama seminggu mereka “dibutakan”, baru kemudian dibawa ke tempat dengan cahaya normal.
Penglihatan dan pendengarannya pun dites. Mengutip Daily Mail, penglihatan mereka tetap sama seperti sebelumnya. Namun, indera pendengaran berubah jauh lebih baik.
Ditemukan, ada perubahan pada bagian otak yang memproses nada dan tingkat kekerasan suara. Sel-sel kunci pendengaran bekerja lebih cepat dan kuat. Padahal, normalnya ia itu tak berubah ketika dewasa.
Setelah dibutakan, sel pendengaran juga lebih sensitif terhadap suara lirih. Ia juga bisa membedakan suara satu dan lainnya dengan lebih baik.
Hey-Kyoung Lee, salah satu peneliti menjelaskan, otak memproduksi lebih banyak alur penghubung antara bagian pendengaran dengan area kontrol indera.
Ketika salah satu indera rusak, indera yang lain akan lebih tajam sebagai upaya kompensasi informasi. Itu terjadi karena sirkuit otak yang berubah. Jelas sudah, mengapa banyak musisi buta yang justru menghasilkan karya-karya jenius.
Peneliti pun percaya, temuan mereka bisa mengatasi masalah tuna rungu. Caranya, mereka tinggal “dibutakan” sementara.
Meski baru diujicobakan pada tikus, ilmuwan yakin cara ini dapat membantu mereka yang pendengarannya terganggu. Sebab ada kesamaan struktur penting otak antara tikus dengan manusia.
Namun, jika ingin efeknya permanen peneliti masih harus melakukan kajian lebih lanjut. viva.co.id

Wednesday, February 5, 2014

Studi: Tekanan Anti-gravitasi Mampu Sembuhkan Kanker

Rizky Sekar Afrisia, Tasya Paramitha
Selasa, 4 Februari 2014, 12:19 WIB


Seiring meningkatnya pasien kanker di dunia, penelitian-penelitian inovatif pun bermunculan. Baru-baru ini, ilmuwan mengklaim mampu mencegah pertumbuhan dan penyebaran sel kanker tiroid pada tubuh.

Caranya? Dengan perubahan tekanan gravitasi. Sebuah penelitian telah dilakukan untuk itu. Uniknya, penelitian dilakukan menggunakan ‘vomit comet’, pesawat yang biasa digunakan untuk menciptakan simulasi anti-gravitasi dalam melatih astronot.

Ilmuwan dari Department of Oral Cell Biology, Academic Centre for Dentistry Amsterdam (ACTA), Belanda mencoba meletakkan sel kanker tiroid pada pesawat itu dan memberikannya tekanan anti-gravitasi selama 22 detik.
Hasilnya, gen dan protein pada kanker memiliki perilaku yang berbeda. Mereka jadi kurang agresif dalam menyokong pertumbuhan sel. Itu diyakinkan oleh perbandingan sel kanker dari astronot yang menghabiskan 10 hari di pesawat Shenzou 8 milik China tahun 2011.
Menurut para ilmuwan, gravitasi rendah memungkinkan perubahan pada poliferasi, diferensiasi, pemancaran sinyal, dan ekspresi gen pada sel kanker. Ilmuwan NASA menyebut, suasana "luar angkasa" memang bisa menjadi laboratorium untuk mengamati perilaku sel kanker.
Sebab, pertumbuhan sel di laboratorium biasa berbeda dengan di tubuh manusia. Kalau di tubuh manusia mereka membentuk struktur tertentu, di laboratorium biasa sel-sel itu tumbuh secara datar. Mereka tidak merefleksikan kondisi yang sesungguhnya.
Di ruang dengan gravitasi kecil, sel-sel itu menduplikasi diri secara agregat, persis sama dengan yang mereka lakukan dalam tubuh manusia. Karena itulah penelitian di ruang anti-gravitasi begitu penting.
Maka, hasil studi yang ditulis dalam jurnal FASEB (Federation of American Scientists for Experimental Biology) itu menjadi langkah besar dalam upaya penyembuhan atau pengontrolan kanker.

Tak hanya itu, penemuan pengaruh gravitasi itu juga mampu menjadi kunci dalam upaya mengetahui perilaku sel khususnya pada tubuh. Dengan begitu, penemuan akan pengobatan yang lebih baik lebih mungkin dilakukan.
Apalagi, di Inggris bahaya kanker tiroid semakin mengkhawatirkan. Menurut data tahun 2010, dari seluruh kasus kanker yang menderita tiroid bisa mencapai satu persennya. Tahun 2013, The US National Cancer Institute melaporkan ada lebih dari 60 ribu kasus kanker tiroid yang terjadi. viva.co.id

Ingin Gigi Anak Sehat? Berhentilah Merokok

Lesthia Kertopati, Anda Nurlaila (Bogor)
Selasa, 4 Februari 2014, 12:26 WIB

Paparan asap rokok memainkan peran penting pada kesehatan anak, termasuk kesehatan rongga mulut. Penelitian baru menunjukkan anak dengan orang tua merokok rentan mengalami gangguan pada mulut, termasuk karies atau gigi berlubang.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Dental Association tersebut, meneliti 15 studi yang terbit antara tahun 1990 dan 2010. Hasil tinjauan menunjukkan kemungkinan hubungan sebab akibat antara asap rokok dengan karies pada gigi susu.

Temuan tersebut juga memperhitungkan faktor lain seperti status sosial ekonomi anak-anak. Namun, paparan asap rokok tidak menunjukkan adanya kerusakan pada gigi permanen pada orang dewasa.

Para peneliti, menduga kerusakan gigi susu pada anak akibat asap rokok termasuk melalui mikroba mulut, mempengaruhi kristalisasi gigi dan pembentukan kadmium, serta menurunkan kadar vitamin C yang mengurangi penyerapan kalsium.

"Paparan asap rokok juga menurunkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan produksi dan efektivitas air liur dengan menghambat fungsi kelenjar saliva serta menyebabkan hidung tersumbat. Akibatnya, pernapasan lewat mulut meningkat," ujar peneliti seperti dikutip Huffington Post.

Dalam sejumlah penelitian, merokok diketahui meningkatkan risiko kerusakan gigi, termasuk peningkatan plak gigi dan karang gigi, perubahan warna gigi, penyakit gusi, keropos tulang, dan bahkan kanker mulut . viva.co.id

Dampak Buruk Kurang Tidur Pada Pria: Kematian Dini

Lesthia Kertopati, Ananda Putri Laras
Selasa, 4 Februari 2014, 13:43 WIB

Wanita sering protes mengapa pria tidur lebih lama dan bagun lebih susah. Secara ilmiah, pria memang membutuhkan tidur panjang untuk kelangsungan hidup.

Fakta ini berbanding terbalik dengan wanita, walaupun memiliki kebiasan tidur buruk, wanita dapat bertahan hidup lebih lama. Terlebih ketika mereka mengasup Vitamin B6 yang ditemukan di dalam daging, pisang, kacang-kacangan, bawang putih dan pistachio.

Pada wanita, konsumsi vitamin B6 memungkinkan tubuh menggunakan dan menyimpan energi dari protein serta karbohidrat.

Temuan berasal dari Melbourne Monash University, untuk melihat kontribusi diet terhadap kualitas tidur dan kematian di antara pria dan wanita lanjut usia. Pemimpin penelitian, Emeritus Wahlqvist Mark, mengatakan bahwa tidur memainkan peran yang lebih penting dalam kematian pria daripada wanita.

"Kurang tidur telah dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas termasuk obesitas, diabetes, penyakit jantung dan penyakit jantung koroner," kata Emeritus Wahlqvist Mark, dilansir Daily Mail.

Lanjutnya, hasil penelitian menunjukkan hal yang berbeda dari kedua jenis kelamin. Kurang tidur berkorelasi dengan nafsu makan dan kesehatan yang buruk pada wanita. Selain itu, peneliti juga menemukan hubungan antara diet dan tidur, terutama pada wanita.

Baik pria dan wanita, bisa meningkatkan prospek tidur dengan mengonsumsi makanan yang lebih bervariasi. Pria membutuhkan makanan beragam yang cukup, sedangkan wanita mengonsumsi makanan kaya akan vitamin B6.

"Praktek diet yang sehat pada orang tua bisa meningkatkan durasi tidur dan menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih stabil," lanjut Walhqvist.

Sementara itu, pada kaum adam, pola tidur buruk pun menurunkan kemampuan mengunyah, memiliki selera yang buruk, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Yang paling mengerikan, kurang tidur berkontribusi pada risiko kematian dini. viva.co.id

Bahaya Menganggur: Picu Serangan Jantung dan Stroke

Rizky Sekar Afrisia, Marlina Irdayanti
Selasa, 4 Februari 2014, 14:43 WIB


Kurangnya lapangan pekerjaan, membuat banyak orang menganggur. Mereka duduk berjam-jam di depan komputer untuk mencari lowongan kerja, atau lebih parah lagi, seharian hanya menonton televisi.
Jika terlalu lama dibiarkan, ini akan berdampak pada kondisi kesehatan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Wayne State University School of Medicine di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, mengungkap bahwa menganggur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan berbagai penyakit kronis lain.
Dikutip dari Medical Daily, para peneliti mengatakan bahwa ada perubahan pada neuron yang mengatur pernapasan dan tekanan darah di otak saat orang menganggur.Hasil ini didapat setelah para peneliti melakukan percobaan selama tiga bulan pada dua kelompok tikus.
Kelompok tikus pertama dimasukkan dalam kandang yang mempunyai roda. Roda tersebut dapat digunakan oleh para tikus untuk berlari-lari. Sementara kelompok kedua hanya ditempatkan dalam kandang kosong tanpa alat permainan apapun sehingga mereka lebih banyak menganggur.
Setelah tiga bulan, tikus-tikus di kelompok pertama rata-rata berlari selama tiga mil per hari, atau sama dengan 434,5 kilometer. Untuk melihat dampaknya pada tubuh, peneliti menyuntikkan zat khusus yang dapat membuat neuron tersebut menjadi berwarna cerah.
Ini dilakukan agar dapat mengidentifikasi neuron yang berasal di rostral ventrolateral medulla. Neruron ini merupakan bagian dari otak yang mengontrol pernapasan dan berbagai sistem tubuh lainnya.
Bagian otak itu juga mengontrol tekanan darah dan sistem saraf simpatik, yang penting dalam memantau pembuluh darah saat berkontraksi dan melebar.
Hasilnya, peneliti menemukan perbedaan yang cukup signifikan antara neuron tikus yang berlari dengan yang tidak. Pada tikus yang tidak berlari dan menganggur, sistem neuron di rostral ventrolateral medulla-nya mengalami perubahan bentuk dan memiliki cabang lebih banyak.
Cabang-cabang itu membuat neuron menjadi lebih mudah terstimulasi, sehingga mengirimkan pesan-pesan yang membingungkan pada sistem kecemasan otak. Karena terlalu sering menerima pesan cemas, otak pun secara langsung meningkatkan tekanan darah.
Hal inilah yang memicu terjadinya serangan jantung dan stroke. viva.co.id

Ini Ciri Pasangan yang Mampu Memberi Kebahagiaan

Wuri Handayani, Ananda Putri Laras
Rabu, 5 Februari 2014, 06:07 WIB

Setiap pasangan mengharapkan kebahagiaan saat menapaki jenjang pernikahan. Untuk ini, berbagai kriteria dipatok. Para lajang mencatat bahwa lawan jenis dengan penampilan dan finansial bagus adalah pendamping hidup ideal. Tapi benarkah semua itu membahagiakan hidup?

Ty Tashiro, profesor psikologi di University of Maryland mengatakan, salah satu pertimbangan untuk mencari pasangan adalah sikap ramah yang dimilikinya. Ciri kepribadian itu bisa dijadikan bekal untuk cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.

Lebih luasnya, individu yang dimaksud memiliki sikap sopan, fleksibel, percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf, berhati lembut dan toleran. Sebaliknya, ada neurotisisme sebagai sifat terburuk perusak hubungan. Individu dengan kepribadian ini rentan terhadap kecemasan, depresi, malu, ketidakstabilan emosional dan ketidakamanan.

Selain itu, keterbukaan tidak selalu menjadi kehangatan dalam hubungan. Bila dikombinasikan dengan rendahnya tingkat kesadaran, keterbukaan justru jadi bencana.

"Jika menjalin hubungan dengan kekasih yang sering membuat Anda sedih, maka sifat-sifatnya yang kerap membuat Anda sedih akan terus ada selama beberapa dekade mendatang, " kata Ty Tashiro.

Untuk benar-benar jatuh cinta, individu harus mengendalikan keinginan dan nafsu. Wanita seringkali memburu pria yang tampan, tinggi dan kaya. Tapi hanya satu persen yang mungkin memenuhi kriteria Anda. 

Tashiro menegaskan, penampilan yang baik bukan indikator kepuasan seksual, juga tidak berkorelasi dengan pernikahan bahagia. Tidak ada hubungan antara daya tarik fisik dan kepuasan hubungan. Selain itu, uang tidak menjaga hubungan tetap harmonis.

"Ada saatnya kemakmuran terkait dengan tekanan dan isolasi sosial. Sangat penting untuk fokus menemukan pasangan yang bersedia mendampingi ketika semua kebutuhan terpenuhi, maupun saat mengalami kesulitan ekonomi," kata Tashiro. viva.co.id

Tipe Pasangan Terbaik Agar Hubungan Langgeng

Finalia Kodrati, Anda Nurlaila (Bogor)
Rabu, 5 Februari 2014, 06:43 WIB
 
 
Bukan hal aneh jika seseorang membuat deretan persyaratan dalam mencari pasangan hidup. Namun agar kehidupan asmara langgeng, sebaiknya Anda harus mencoret wajah tampan, cantik, kekayaan maupun tinggi badan dalam daftar tersebut.

Pakar hubungan Ty Tashiro dari University of Maryland kepada New York Post mengatakan, pria yang baik dan menyenangkan membuat pernikahan berpeluang tinggi lebih awet ketimbang tampang rupawan.

Menurut penelitiannya, pria ideal bagi sebagian wanita adalah gabungan sempurna: tampan, tinggi dan memiliki penghasilan besar. Namun, lelaki yang sesuai tipe ini hanya ada sekitar satu persen dari populasi. 

Sementara jika wanita puas dengan penampilan fisik rata-rata, tinggi dan pendapatan baik, peluang menemukan pasangan hidup  yang sesuai meningkat hingga 13 persen.

Tashiro mengatakan faktor utama keluarga bahagia bukan penampilan atau pendapatan seseorang. "Seorang wanita atau pria 'baik' akan membuat hubungan berjalan baik. Wanita atau pria yang sopan, fleksibel, percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf, berhati lembut dan toleran membuat pernikahan lebih berpeluang bahagia," katanya.

"Pria yang fleksibel bukan hanya memiliki sifat sopan, tetapi juga lebih mungkin menjaga gairah seksual tetap hidup dalam hubungan," tulis Tashiro dalam bukunya "The Science of Happily Ever After: What Really Matters di Quest for Enduring Love".

Saat penampilan memudar dan kekayaan bisa hilang, orang-orang baik cenderung dapat bertahan bersama-sama sepanjang hidup. Tashiro menyebutkan, pernikahan yang paling tidak bahagia terjadi pada mereka yang neurotik. Saat menjalin hubungan dengan seseorang, mereka yang neurotik umumnya cemburu pada kebahagiaan orang lain. 

"Meskipun 90 persen orang akan menikah di beberapa titik dalam hidup mereka, hanya 30 persen menemukan cinta abadi," kata Tashiro. viva.co.id

Studi: Kondisi Ibu Stres Bisa Menular pada Anak

Beno Junianto, Ananda Putri Laras
Rabu, 5 Februari 2014, 07:15 WIB

 
Seorang ibu dihadapkan dengan setumpuk tugas rumah, juga kewajiban mengurus anak. Belum lagi jika harus berkutat dengan pekerjaan di kantor, stres rentan menghampiri. Tapi, yang tak disadari selama ini, stres tersebut bisa menular pada anak mereka.
Anak berusia 12 bulan akan merasa cemas, jika diasuh oleh ibu yang sedang di bawah tekanan. Tapi, sayangnya, itu semua tak bisa dilafalkan dengan verbal dan diekspresikan oleh anak.

"Bayi tidak dapat memberitahu bahwa Anda tampak stres, tapi setelah ia berada di tangan Anda, tubuhnya akan merespons keadaan emosi Anda dan segera merasakan energi negatif itu," kata Sara Waters, pemimpin peneliti dari The University of California, San Francisco, Amerika Serikat dilansir dari Dailymail.

Untuk menghasilkan temuan ini, peneliti meminta 69 ibu untuk datang ke laboratorium dengan bayi mereka yang berusia sekitar satu tahun. Bayi dibawa ke ruang bermain, sementara ibu diminta membuat pidato dengan durasi lima menit. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Mereka dibagi menjadi tiga kelompok, ada ibu yang memperoleh dorongan berpidato, sebagian mengerutkan kening, sebagian lagi diminta menyilangkan lengan. Ketiga kelompok berpidato di ruang kosong.

Setelah itu, para ibu dipertemukan kembali dengan si buah hati. Kemudian denyut jantung anak-anak mereka diukur.
Hasilnya, ibu yang stres berpidato memiliki dampak negatif pada anak. Detak jantung si kecil jadi lebih cepat setelah beberapa menit duduk di pangkuan ibu mereka. Semakin merasa tertekan, dampak yang ditimbulkan pada anak semakin besar.
Bayi bisa bereaksi demikian, karena merasakan perubahan dalam suara ibu mereka, menyentuh atau melihat ekspresi wajah. Bahkan, bau keringat juga memiliki efek.

"Bayi dapat menangkap dan mewujudkan residu fisiologis dari ibu mereka yang stres. Ini merupakan pelajaran tentang mengelola stres dan emosi negatif yang bisa didapat dari kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hubungan orangtua dan anak," lanjut Sara Waters. viva.co.id

Saturday, February 1, 2014

Tingkatkan Daya Ingat Otak, Coba Resep Ini

Wuri Handayani, Erris Wijaya
Sabtu, 1 Februari 2014, 06:03 WIB




Lupa menaruh kunci, lupa pin ATM, lupa agenda rapat, dan banyak hal lain terlupa dalam aktivitas sehari-hari. Ini pasti menjengkelkan, terutama jika Anda merasa bahwa secara usia belum terlalu tua.

Menjadi pikun tak harus menunggu tua. Di usia muda pun pikun bisa menyerang. Penyebabnya macam-macam. Mungkin stres, kurangnya asupan gizi otak, atau juga kurangnya latihan otak. Dilansir Woman's Day, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya ingat otak.
Tidur lebih lama

Begadang bisa jadi pemicu pikun. Luangkan waktu untuk tidur sejam lebih lama dari biasanya. Cara ini terbukti mampu merawat daya ingat, bahkan menjadikannya lebih tajam bertahun-tahun ke depan.
Mengonsumsi buah berry

Berbagai jenis keluarga berry terbukti ampuh tingkatkan daya ingat. Studi menyebut, konsumsi setengah cangkir atau lebih buah berry dalam seminggu, dapat menunda terjadinya Alzheimer hingga 2,5 tahun.
Minum kopi 

Beberapa ahli setuju bahwa kopi berkafein memiliki zat pelindung otak. Meminumnya 2-3 cangkir sehari dipercaya memperkuat daya ingat.
Nikmati cokelat hangat

Antioksidan yang terkandung dalam cokelat bubuk dipercaya meningkatkan kemampuan berpikir. Anda bisa memadukan coklat bubuk dengan bahan-bahan lain seperti susu atau kopi. Anda juga dapat mencoba dark chocolate batangan. Tapi pastikan kandungan coklat di dalamnya mencapai 70% atau lebih.
Omega-3

Lemak ini membantu mengendalikan peradangan yang kerap disebabkan oleh kenaikan insulin karena terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat olahan. Peradangan tersebut menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak.

Untuk mencegahnya, Anda bisa mengkonsumsi 2-3 porsi omega-3 dalam seminggu. Asupan itu bisa didapatkan dari lemak ikan salmon atau suplemen minyak ikan.
Olahraga

Sebuah studi menemukan bahwa orang dewasa yang membakar lebih dari 300 kalori sehari berpotensi terhindar dari penurunan mental hingga 90%. Ini jika dibandingkan dengan orang-orang yang kurang gerak. Tidak hanya melakukan olah raga ke gym, Anda bisa membakar kalori lewat aktivitas sehari-hari seperti berkebun, naik turun tangga, dan lain sebagainya. viva.co.id