Rabu, 5 Februari 2014, 06:07 WIB
Setiap pasangan
mengharapkan kebahagiaan saat menapaki jenjang pernikahan. Untuk ini,
berbagai kriteria dipatok. Para lajang mencatat bahwa lawan jenis dengan
penampilan dan finansial bagus adalah pendamping hidup ideal. Tapi
benarkah semua itu membahagiakan hidup?
Ty Tashiro, profesor psikologi di University of Maryland
mengatakan, salah satu pertimbangan untuk mencari pasangan adalah sikap
ramah yang dimilikinya. Ciri kepribadian itu bisa dijadikan bekal untuk
cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.
Lebih luasnya, individu yang dimaksud memiliki sikap sopan,
fleksibel, percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf, berhati lembut dan
toleran. Sebaliknya, ada neurotisisme sebagai sifat terburuk perusak
hubungan. Individu dengan kepribadian ini rentan terhadap kecemasan,
depresi, malu, ketidakstabilan emosional dan ketidakamanan.
Selain itu, keterbukaan tidak selalu menjadi kehangatan dalam
hubungan. Bila dikombinasikan dengan rendahnya tingkat kesadaran,
keterbukaan justru jadi bencana.
"Jika menjalin hubungan dengan kekasih yang sering membuat Anda
sedih, maka sifat-sifatnya yang kerap membuat Anda sedih akan terus ada
selama beberapa dekade mendatang, " kata Ty Tashiro.
Untuk benar-benar jatuh cinta, individu harus mengendalikan
keinginan dan nafsu. Wanita seringkali memburu pria yang tampan, tinggi
dan kaya. Tapi hanya satu persen yang mungkin memenuhi kriteria Anda.
Tashiro menegaskan, penampilan yang baik bukan indikator kepuasan
seksual, juga tidak berkorelasi dengan pernikahan bahagia. Tidak ada
hubungan antara daya tarik fisik dan kepuasan hubungan. Selain itu, uang
tidak menjaga hubungan tetap harmonis.
"Ada saatnya kemakmuran terkait dengan tekanan dan isolasi sosial.
Sangat penting untuk fokus menemukan pasangan yang bersedia mendampingi
ketika semua kebutuhan terpenuhi, maupun saat mengalami kesulitan
ekonomi," kata Tashiro. viva.co.id
No comments:
Post a Comment