Oleh : Muk Kuang
Judul di atas mungkin sedikit menggelitik bagi Anda yang menekuni dunia HRD, seolah-olah ruang lingkup HRD hanya sebatas recruitment
semata, padahal semestinya lebih dari itu. Tapi mungkin pernyataan
tersebut muncul karena sebagian orang tidak terlalu merasakan dampak
dari kehadiran HRD di perusahaannya, yang dirasakan betul hanyalah
bagian recruitment, dimana ketika ada user yang ingin mengisi posisi
baru di timnya atau karena turnover yang tinggi dan ia harus mengisi
kekosongan yang ada, maka user ini datang ke HRD hanya untuk membantunya
dalam proses recruitment semata.
Selain kondisi tersebut, salah seorang professional kerja juga pernah
bercerita bahwa betapa kagetnya ia karena HRD terus menambah karyawan
hanya untuk menangani bagian recruitment saja. Apakah perusahaan ini mau
berubah menjadi jasa penyuplai tenaga kerja/headhunter?,
sampai harus memiliki banyak tenaga recruitment, padahal perusahaannya
bukan tergolong perusahaan yang besar. Apa yang dikeluhkan professional
kerja tersebut tergolong menarik untuk dibahas, karena itulah judul di
atas muncul.
Dua situasi di atas mungkin terjadi bagi sebagian organisasi atau
juga mungkin sama sekali tidak pernah terjadi di organisasi yang
tergolong sudah mature pola berpikir mengenai dunia HR. Tapi
menjadi menarik bagi Anda yang menggeluti dunia HR untuk lebih berpikir
kritis bila menghadapi situasi tersebut dengan bertanya, apakah saya
sudah menjalankan fungsi HR yang sebenarnya?, apakah saya bisa membawa
divisi HR saya menjadi lebih baik dan tidak sekedar administratif
semata?, apakah saya bisa menjadi business partner untuk divisi lain dan bukan sekedar ‘taking order’ untuk memenuhi kuota karyawan?
Business Partner atau Busy Partner
Jika Anda sibuk, sibuklah untuk sesuatu yang tepat sasaran dan memang
bernilai manfaat. Jangan sampai kita sibuk untuk sesuatu yang
melelahkan dan tidak memberikan solusi yang efektif. Kalimat ini
merespon apa yang yang terjadi pada situasi pertama yang saya gambarkan.
Menjadi sebuah kelelahan bagi orang HRD khususnya bagian recruitment
manakala ia harus mengisi beberapa posisi dalam waktu tertentu.
Alasannya terkadang beragam, ada yang memang karena posisi baru dan
adapula yang karena mengganti karyawan yang baru saja. Bila turnovernya
tinggi, maka tingkat stress rekan-rekan di recruitment cenderung
meningkat karena harus berpikir bagaimana mencari penggantinya.
Ketika peran HRD hanya memenuhi permintaan departemen lain tanpa
mengidentifikasi dan mendiskusikan lebih lanjut mengenai manpower
planningnya, tanpa menganalisa kenapa turnover tinggi, maka di sinilah titik rawan dimana HRD mulai menjadi busy partner. Mari kita tanyakan kepada tim kita masing-masing, tahukah kita kenapa
diminta me-recruit puluhan orang dalam waktu singkat?, apakah hal ini
memang sudah diproyeksikan di tahun sebelumnya?, bagaimana dengan tahun
depan?, lalu mengapa untuk posisi tertentu turnover nya begitu tinggi?,
bagaimana HR menyikapinya?, apakah sekedar berpikir yang penting sudah
terisi penuh manpowernya?
Jika HR mau dipandang sebagai mitra bisnis dalam sebuah
organisasi, maka saatnya mengubah cara pandang dan cara kerja HR itu
sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan dijawab sendiri oleh HRD,
melainkan HRD harus mampu duduk bersama dengan divisi lain dan mencari
solusi, sehingga persepsi sekedar ‘recruit’ saja dapat lambat laun bergeser menjadi business partner dan betul betul menjadi Human Resource Department
HRD Self-Check
Saatnya untuk melakukan self-checking kepada internal tim kita masing-masing. Apakah scope of work nya jelas untuk setiap personil yang ada tim Anda?, jangan sampai ‘resource’ terbuang sia-sia dan organisasi tidak mendapatkan kontribusi yang signifikan dari ‘resource’
yang di hire. Mulai berpikir kritis dengan terus mempertanyakan apa
yang HRD dapat lakukan untuk membuat perubahan di perusahaan. Yang
membedakan mengapa HR di sebuah perusahaan dapat di kagumi dan tidak
terlalu di anggap, adalah cara kerja HR itu sendiri. Jika HRD
menempatkan dirinya sebagai admin support maka sampai kapanpun mindset tersebut akan tertanam dan tertuang dalam pola kerja yang hanya sebatas sebagai admin support.
Semoga HR mampu memberi pengaruh dan memberi nilai tambah untuk organisasi. Salam HR!
Sumber : http://www.portalhr.com/komunitas/opini/hrd-hanya-rekrut-doang-atau-human-resource-department/
Sumber : http://www.portalhr.com/komunitas/opini/hrd-hanya-rekrut-doang-atau-human-resource-department/
No comments:
Post a Comment