Oleh : Ubaydillah, AN
Jakarta, 07 Juli 2003
Penyakit
umum yang sering dialami oleh individu adalah tidak/kurang puas dengan
apa yang SUDAH didapatkan dan "AKAN" merasakan kepuasan sepenuh hati
dengan sesuatu yang nanti didapatkan. Bagi yang belum bekerja
kemungkinan besar mendapatkan pekerjaan "apa saja" merupakan kenikmatan
tersendiri. Namun setelah pekerjaan didapat, rasa nikmat itu hilang
dimakan oleh kecenderugan lain untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
background pendidikan, pengalaman, identitas diri dan standard
gaji yang lebih tinggi. Ketika semua itu sudah didapatkan pun tidak
berarti masalah selesai sebab masih ada kecenderungan lain lagi yang
muncul yaitu mendapatkan pekerjaan ideal.
Melalui
tulisan ini saya ingin mengajak anda mempertanyakan dua hal. Pertama,
adakah pekerjaan ideal itu menurut teritori aktual berdasarkan peta yang
sudah ada? Kedua, sehatkah kecenderungan untuk merasa "tidak puas"
dengan pekerjaan yang ada sekarang?
Definisi
Kalau
merujuk pada definisi teoritis tentang arti kata "Ideal" yang
sebenarnya, maka tata letak yang memisahkan realita ideal dan realita
aktual tentang pekerjaan yang kita hadapi saat ini sudah benar.
Pekerjaan ideal itu ada (dalam arti "it exists") dan perlu kita adakan (baca:pahami) dalam rumusan konsep (It is conceptualized). Tetapi harus dengan pengakuan tidak akan terjadi (it doesn"t happen) dalam
arti secara matematis/actual. William James (1842-1909), seorang pakar
psikologi, mengatakan iIdeal itu bagaikan bintang di langit. Jangan
pernah berpikir tangan anda dapat menggapainya tetapi pilihlah sebagai
petunjuk yang harus anda ikuti untuk meraih nasib yang anda pilih. Advance Dictionary menerjemahkan kata ideal sebagai berikut: "(something) contrasted with real, existing only in the imagination; not like to be achieved".
Definisi
demikian sudah klop dengan tatanan alamiah di mana langit sebagai
destinasi ideal dan bumi adalah kenyataan aktual. Langit itu ada (exist) tetapi tidak satu pun orang dapat menggapainya (happens)
secara fisik. Munculnya gap internal di dalam diri seseorang tentang
pekerjaannya adalah kesalahan mengartikan dan menggunakan senjata kata
"ideal". Kesenjangan internal terjadi karena orang memaksakan ideal
untuk terjadi secara fisik dan menolak peristiwa aktual dalam arti
keinginan untuk membuat tata letak yang sebaliknya. Beberapa kerugian
yang akan diterima oleh aksi memutarbalikkan fungsi dan arti ideal ini
dalam pekerjaan dapat diprediksikan sebagai berikut:
-
Miskin
konteks secara menyeluruh tentang pekerjaan terutama dari mana,
bagaimana dan dengan siapa saja pekerjaan akhirnya diselesaikan.
Kemiskinan konteks (interconetedness) disebabkan oleh keterbatasan pemahaman atas pekerjaan yang dibatasi oleh pikiran menolak materi pekerjaan.
-
Perasaan
tidak bahagia, tidak senang, dan tidak antusias menjalani pekerjaan
karena pekerjaan yang telah ditukar dengan waktu, tenaga dan pikiran itu
hanya dijiwai setengah-setengah.
-
Tidak yakin dan tidak bangga dengan pekerjaan dan jabatan yang disandangnya sehingga dengan gampang menggunakan senjata pasrah (giving up) atau melempar tanggung jawab kepada orang lain (blaming).
-
Tidak
memiliki sikap penilaian rasional atas orang lain dan keadaan di tempat
kerja atau mengidap penyakit yang diistilahkan dengan "critical spirit", di seseorang cenderung melihat dari sudut paling negatif tentang dirinya, orang lain dan keadaan.
-
Lebih
banyak ruginya ketimbang untungnya baik secara pendapatan material dan
non-material. Kalau kita tidak menerima sepenuh hati pekerjaan yang kita
jalani bagaimana mungkin orang mempercayai hasil pekerjaan kita? Selain
itu, kualitas pengalaman seseorang (yang merupakan komoditi karir)
seringkali diwakili oleh "how good" bukan "how long". How good adalah lambang bagaimana orang memaknai peristiwa yang dialami melalui apa yang dilakukan terhadap peristiwa tersebut.
Dari
uraian di atas rasanya sudah terjawab bahwa anda tidak akan menemukan
pekerjaan ideal dari orang lain kecuali anda menciptakannya sendiri yang
"exist" secara emosi, mental, pikiran, sikap, dan keyakinan agar
rumusan tersebut berfungsi sebagai inspirator/motivator untuk terus maju
meraih bentuk kesuksesan pekerjaan yang anda pilih.
Batu Loncatan
Pengalaman
membuktikan bahwa amat sulit (bahkan mustahil) untuk bisa mendapatkan
pekerjaan yang langsung "meet" dengan kebutuhan, keinginan dan harapan
pada satu saat yang bersamaan. Oleh karena itu untuk mencapainya
diperlukan suatu siasat dengan membuat Jembatan Batu Loncatan.
Sebenarnya jembatan ini adalah ungkapan dari kecenderungan sehat dengan
syarat diletakkan dalam persepektif yang sehat. Bagaimana membedakan
yang sehat dan yang tidak sehat? Berikut adalah sebagian dalil yang
dapat kita jadikan alat membedakan:
1. Menjadikan pekerjaan hari ini sebagai realita aktual yang disyukuri (accept and acknowledge) atas dorongan keyakinan untuk menemukan makna.
Ajaran
teologi mengatakan apapun yang kita terima hari ini mengandung makna.
Persoalannya makna tersebut seringkali tampil di permukaan berupa
peristiwa yang tidak kita inginkan, seperti kegagalan atau penyimpangan
terhadap kalkulasi logis. Semua orang dipastikan bisa membenarkan
perkatan Antony Robbin yang kira-kira artinya adalah banyak peristiwa
yang dulunya kita tolak mati-matian tetapi pada akhirnya kita sadari
bahwa peristiwa tersebut kita butuhkan demi kemajuan dan kebaikan kita.
Hanya saja yang sering terjadi adalah kita terlambat menyadarinya
padahal ada pilihan lain di mana kita bisa langsung menyadari dengan
mengubah format keyakinan bahwa: setiap peristiwa pasti ada makna !
2. Merasakan pekerjaan dengan sepenuh hati (half-full-cup feeling) -menolak perasaan setengah-setengah (half-less-cup-feeling).
Memang
tidak ada yang dapat memastikan masa depan kita akan menjadi lebih atau
lebih buruk, tetapi menurut logika hidup yang benar seseorang harus
membangun masa depannya mulai dari hari ini. Kalau kita sudah merasa
tersiksa dengan hari ini maka kita telah membangun masa depan dengan
rasa tersiksa dan nestapa sehingga hasilnya adalah..? Kahlil Gibran
mengatakan orang bisa merasakan bahagia dan nestapa jauh sebelum orang
tersebut benar-benar merasakannya. Bahagia dan nestapa adalah pilihan
emosi yang kita tentukan, bukan persoalan pekerjaan.
3. Memikirkan
pekerjaan sebagai materi yang perlu dieksplorasi sebagai alat menuju
singgasana tingkat pekerjaan yang sering disebut dengan "stay in demand".
Memang
pada tahapan awal seseorang harus mencari / menemukan pekerjaan kalau
ia tidak mampu langsung menciptakannya. Tetapi pada satu titik nanti
akan datang sebuah moment di mana orang merasa "malu" kalau harus terus-menerus mencari. Ia kemudian akan mencoba untuk "dicari" (to attract).
Nah...untuk sampai pada tingjkatan tersebut tentu bukan perkara
gampang. Kalau alat untuk membuat orang lain tertarik pada anda (baca:
pekerjaan) tidak anda bina dari sekarang sementara moment demikian sudah mulai muncul, maka...?
4. Menyikapi pekerjaan sebagai pihak yang kita kontrol, bukan sebaliknya.
Dengan
memegang kendali berarti desain/model masa depan pekerjaan berada di
tangan kita. Pengendalian adalah manifestasi dari pikiran, perasaan, dan
keyakinan positif. Jadi, pembeda mendasar antara memegang dan
melepaskan kontrol (dikontrol) terletak pada unsur positif dan negatif.
Kalau kita merasa negatif atas pekerjaan saat ini sama dengan memberi
izin kepada perasaan untuk mengontrol kita dan biasanya menghasilkan "bad surprise".
5. Menjalani pekerjaan tetap pada koridor merealisasikan platform kualitas.
Contoh dari platform pekerjaan itu adalah anda memilih menjadi specialist, generalist atau
lainnya. Praktek yang sering terjadi adalah praktek lompat sana-sini
dengan kualitas penguasaan pekerjaan yang masih jauh dari singgasana "in demand" atau lebih tepatnya hanya didorong oleh perbedaan nilai nominal gaji awal, bukan oleh dorongan merealisasikan platform.
Sepintas memang telah terjadi perbedaan atau perubahan nasib tetapi
esensinya di belakang sama saja. Mengapa? Nasib reward suatu pekerjaan
yang kita jalani lebih sering ditentukan oleh kemampuan untuk
menciptakan kualitas yang lebih kepada pihak lain bukan dibedakan oleh
identitas pekerjaan atau perusahaan.
Platform
kualitas adalah pernyataan diri tentang sebuah pekerjaan yang kita
pilih berdasarkan nilai, tujuan, keunggulan, pengalaman, atau
pendidikan. Platform yang kita buat tanpa keputusan dan pondasi
kecuali ikut-ikutan atau desakan reaktif kebutuhan sesaat atau
penghindaran membuat kita mudah bongkar pasang platform yang tidak mengikuti "Growth Circle".
Artinya apa yang dilakukan hanya berfungsi seperti candu yang hanya
menenangkan sementara dan karena dunia ini tidak berbeda maka masalah di
tempat lama akan juga ditemui di tempat yang baru.
Pembelajaran Diri
Supaya
gap antara realita pekerjaan ideal dan aktual tidak terus membesar dan
malah menyerang kita maka jurus yang paling aman adalah mejalani
pembelajaran dimana kita memahami kesempurnaan adalah proses usaha yang
terus kita lakukan menuju yang lebih sempurna. Beberapa ide berikut bisa
kita jadikan acuan untuk melangkah mendekati kesempurnaan pekerjaan:
1. Aktualisasi ideal
Cara membuat ideal menjadi actual atau mengaktifkan rumusan ideal supaya bekerja di alam aktual adalah "to live the life in living present".
Berpikirlah tentang hari esok, dan merenunglah tentang hari kemarin
tetapi ketika sudah bertindak maka fokuskan pada perbaikan hari ini.
Bertindak adalah solusi terbaik untuk hari ini sedangkan mengetahui
adalah solusi untuk hari esok. Pendek kata, ketika sudah datang saat
untuk bertindak, tinggalkan sementara memikirkan (how) atau merenungan
(why) tetapi just do it. Honore De Balzac (1799 -1850) , seorang
journalist Perancis mengatakan bahwa senjata paling ampuh untuk tetap
sabar menghadapi realita yang tidak mempedulikan keadaan kita dan
lingkungan yang sering mencaci maki kita adalah mengisi hidup untuk hari
ini yang didorong oleh inspirasi merealisasikan rumusan ideal
2. Akselerasi Proses
Menyadari proses merupakan alat untuk mempercepat sirkulasi dari unwanted menuju wanted situasi. Menyadari proses juga dapat menyelamatkan kita dari problema yang disebabkan oleh keterlambatan menyadari adanya "the moment of AHA" dari peristiwa yang telah / sedang kita jalani. Menyadari proses artinya melakukan sesuatu (extra effort)
dari yang paling mampu kita lakukan untuk memperbaiki keadaan yang
tidak kita inginkan saat ini. Sebgaai contoh, ketika anda tidak "rela"
menjadi karyawan tingkat rendah, tangkaplah ketidakrelaan tersebut
sebagai isyarat untuk menjadi karyawan tingkat atas dengan melakukan extra-effort yang
secara rasional akan mengantarkan anda ke posisi tersebut.. Sekali lagi
usaha ekstra tidak selamanya menuntut untuk dipahami secara "wah" yang
saat jauh dari kemampuan riil kita. Kita bisa membaca buku, mempelajari
orang lain yang lebih atas tentang bagaimana mereka menyelesaikan
masalah pekerjaan untuk dipahami.
3. Kapitalisasi Kekuatan
Kapitalisasi
kekuatan adalah aplikasi manajemen usaha ekstra. Strategi yang kita
jalankan untuk memperbaiki pekerjaan lebih penting ketimbang melakukan
sesuatu secara asal-asalan. Kapitalisasi adalah usaha yang kita lakukan
untuk menggali lebih dalam kekuatan yang oleh bahasa industri
diterjemahkan sebagai langkah menaikannkan daya jual. Atau dengan kata
lain, usaha yang kita lakukan untuk menaiki tangga singgasana menuju
posisi "stay in demand". Kapitalisasi kekuatan dilakukan dengan
cara: a) memperkuat daya tarik spesialisasi pelayanan personal yang
mengarah pada apa dan siapa anda; b) memperjelas unsur diferensiasi
(keunggulan dan keunikan) sebagai benteng pertahanan menghadapi
persaingan; c) menciptakan segmentasi aktivitas, bidang dan jaringan, d)
menciptakan konsentrasi hanya pada pengembangan dan perbaikan.
Walhasil,
ideal atau tidak ideal suatu pekerjaan bagi kita murni urusan memilih
bagaimana kita memahami keadaan pekerjaan. Hal terpenting adalah jangan
sampai karena kita tidak puas dengan hari ini lalu kepuasan hari depan
tidak kita ciptakan mulai sekarang. Padahal seperti dikatakan pepatah,
telor hari ini masih lebih baik daripada ayam hari esok. Kenyataan kerap
mengajarkan orang yang bisa menerima pekerjaan sebagai telor hari ini
lebih sering mendapatkan tawaran yang lebih banyak dan lebih mudah. Bisa
jadi telor dan bisa juga langsung ayam. Siapa tahu. Semoga berguna. (jp)
Miskin
konteks secara menyeluruh tentang pekerjaan terutama dari mana,
bagaimana dan dengan siapa saja pekerjaan akhirnya diselesaikan.
Kemiskinan konteks (interconetedness) disebabkan oleh keterbatasan pemahaman atas pekerjaan yang dibatasi oleh pikiran menolak materi pekerjaan.
Perasaan
tidak bahagia, tidak senang, dan tidak antusias menjalani pekerjaan
karena pekerjaan yang telah ditukar dengan waktu, tenaga dan pikiran itu
hanya dijiwai setengah-setengah.
Tidak yakin dan tidak bangga dengan pekerjaan dan jabatan yang disandangnya sehingga dengan gampang menggunakan senjata pasrah (giving up) atau melempar tanggung jawab kepada orang lain (blaming).
Tidak
memiliki sikap penilaian rasional atas orang lain dan keadaan di tempat
kerja atau mengidap penyakit yang diistilahkan dengan "critical spirit", di seseorang cenderung melihat dari sudut paling negatif tentang dirinya, orang lain dan keadaan.
Lebih
banyak ruginya ketimbang untungnya baik secara pendapatan material dan
non-material. Kalau kita tidak menerima sepenuh hati pekerjaan yang kita
jalani bagaimana mungkin orang mempercayai hasil pekerjaan kita? Selain
itu, kualitas pengalaman seseorang (yang merupakan komoditi karir)
seringkali diwakili oleh "how good" bukan "how long". How good adalah lambang bagaimana orang memaknai peristiwa yang dialami melalui apa yang dilakukan terhadap peristiwa tersebut.
No comments:
Post a Comment