Oleh : Arbono Lasmahadi
Jakarta, 28 Maret 2002
Peran-Peran Baru Bagi Fungsi Sumber Daya Manusia dan Para Praktisinya
Globalisasi
yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang signifikan
bagi kelangsungan hidup organisasi. Globalisasi telah menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di dalam bisnis, yang
menuntut organisasi untuk lebih mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan,
mampu melakukan perubahan arah dengan cepat, dan memusatkan perhatiannya
kepada pelanggan. Globalisasi ini juga dapat memunculkan bahaya,
sekaligus kesempatan bagi organisasi. Menurut pakar perubahan John P.
Kotter (1995) dalam bukunya Leading Change, globalisasi yang
terjadi di pasar dan kompetisi telah menciptakan ancaman, berupa semakin
banyaknya kompetisi dan meningkatnya kecepatan dalam bisnis. Namun
demikian juga memunculkan kesempatan berupa semakin besarnya pasar dan
semakin sedikitnya hambatan-hambatan yang akan muncul. Dalam suasana
bisnis seperti ini, Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan
harus mampu untuk menjadi mitra kerja yang dapat diandalkan, baik oleh
para pimpinan puncak perusahaan, maupun manajer lini. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stone (1998), bahwa para Manajer
SDM saat ini berada dalam tekanan yang tinggi untuk menjadi mitra bisnis
strategis, yaitu berperan dalam membantu organisasi untuk memberikan
tanggapan terhadap tantangan-tantangan yang berkaitan dengan down sizing, restrukturisasi, dan persaingan global dengan memberikan kontribusi yang bernilai tambah bagi keberhasilan bisnis.
Selama
ini Fungsi SDM lebih banyak dilihat sebagai pengelola administrasi
personalia atau pengawas dari peraturan perusahaan di bidang
ketenaga-kerjaan. Pengalaman penulis yang berkecimpung sebagai praktisi
SDM, menunjukkan bahwa Fungsi SDM selama ini lebih banyak berperan dalam
hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan hubungan industrial di
perusahaan, seperti pembuatan Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja
Bersama, menjalin kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja,
menyelesaikan perselisihan antara perusahaan dengan serikat pekerja atau
karyawan. Yang lebih menyedihkan lagi bila peran Fungsi SDM hanya
dianggap penting saat perusahaan ingin melakukan pengurangan jumlah
karyawan. Selain itu, Fungsi SDM juga seringkali dipersepsikan perannya
tidak lebih sebagai pelaksana Administrasi Personalia, yaitu yang
mengurus masalah pembayaran gaji karyawan, mengurus cuti karyawan,
penggantian biaya kesehatan, dan sebagainya.
Demi
mendukung para pimpinan puncak dan manajer lini di perusahaan dalam
melaksanakan langkah-langkah strategis yang tepat untuk bersaing di
pasar global, maka Fungsi SDM dituntut untuk meredefinisi perannya di
dalam perusahaan. Tuntutan terhadap peran baru Fungsi SDM sejalan dengan
pesan disampaikan oleh Dave Ulrich (1997), seorang Profesor di bidang
Pengembangan Perusahaan dari Universitas Michigan:
"In
the field of Human Resources, death rites have been proclaimed,
eulogies written and funerals prepared for the demise of the HR
Function. But these eulogies are premature. HR as we know it (with
images of policy police, regulators, administrative guardians) has
passed, and the rise of the new HR is well underway"
Dari
ungkapan di atas, terlihat bahwa peran tradisional Fungsi SDM , yang
selama ini ada, tidak dapat lagi dipertahankan sepenuhnya seperti dulu,
bila fungsi tersebut ingin tetap hadir di dalam bisnis. Peran
tradisional ini bukanlah tidak penting, namun peran tradisional tersebut
harus diperluas dan diperkaya. Untuk itulah, maka Fungsi SDM yang ada
di perusahaan harus sudah mulai melakukan perubahan perannya, dari
pemain peran tradisional yang pasif, menjadi pemain peran yang bertindak
proaktif dan memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
Peran Baru
Menurut
Ulrich (1997), Fungsi SDM harus menetapkan standard yang lebih tinggi
dari yang telah mereka miliki hingga saat ini. Mereka harus mengerakkan
para praktisinya lebih tinggi dari peran sebagai polisi atau penjaga
kebijakan atau peraturan, sehingga dapat menjadi mitra, pemain dan
pelopor dalam memberikan keuntungan kepada perusahaan. Untuk itulah
Ulrich ( 1997) menyarankan 4 peran baru yang harus dimainkan oleh Fungsi
SDM dan para praktisinyanya, agar dapat memberikan hasil dan
menciptakan keuntungan dari keberadaan mereka di dalam perusahaan, yaitu
:
Mitra bisnis strategis
Sebagai mitra bisnis strategis, Fungsi SDM dan para
praktisinyanya dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menterjemahkan
strategi bisnis yang ditetapkan perusahaan , menjadi tindakan-tindakan
yang nyata di lapangan. Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu
memberikan masukkan-masukkan yang bernilai tambah kepada tim bisnis
perusahaan, dalam penyusunan strategi bisnis. Disamping itu, seorang
praktisi SDM harus mampu mengembangkan ketajaman pengetahuannya di
bidang bisnis, mempunyai orientasi terhadap pelanggan dan mempunyai
pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam bisnis yang dijalani oleh
perusahaan.
Ahli di bidang administrasi
Sebagai ahli di bidang administrasi, Fungsi SDM dan
para praktisinya harus mampu melakukan rekayasa ulang terhadap
proses-proses kerja yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian proses
adminsitrasi di bidang SDM akan menjadi lebih efisien dan efektif dalam
melayani kebutuhan manajemen atau para karyawan akan informasi SDM.
Pendukung & pendorong kemajuan karyawan
Dalam perannya sebagai pendukung dan pendorong
kemajuan karyawan, Fungsi SDM dan para praktisinyanya dituntut untuk
mampu mengenali kebutuhan-kebutuhan para karyawan, menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan harapan-harapan perusahaan, dan
berupaya keras untuk melakukan langkah-langkah terbaik untuk mendorong
agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi secara optimal. Fungsi SDM
dan para praktisinya juga harus mampu untuk menciptakan suasana kerja
yang dapat memberdayakan karyawan dan memotivasi mereka untuk memberikan
kontribusi terbaiknya kepada perusahaan.
Agen perubahan
Dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan, Fungsi SDM
dan para praktisinyanya dituntut untuk mampu menjadi katalisator
perubahan di dalam perusahaan. Fungsi SDM dan para praktisinyanya harus
mampu berperan dalam mempercepat dan mengelola proses perubahan yang
dicanangkan oleh perusahaan secara efektif. Disamping itu, mereka
dituntut pula untuk mampu mengenali hambatan-hambatan yang mungkin
dihadapi oleh perusahaan bila perubahan dilakukan. Dengan demikian dapat
mencegah terjadinya gejolak sosial, yang kontra produktif di dalam
perusahaan.
Permasalahan
Untuk mewujudkan peran-peran
seperti tersebut di atas, tampaknya bukanlah hal yang mudah. Banyak
masalah yang harus dihadapi oleh Fungsi SDM dan para praktisinyanya.
Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut :
-
Adanya
mitos yang tidak tepat tentang Profesi SDM yang selama ini hidup di
masyarakat, para pemimpin perusahaan, maupun di kalangan praktisi SDM
sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Ulrich ( 1997) berikut ini :
MITOS
REALITAS
Orang memilih profesi SDM karena menyukai berhubungan dengan manusia
Fungsi SDM tidak dirancang
untuk menciptakan aktivitas sosial yang membuat karyawan merasa nyaman,
tetapi dirancang untuk membuat karyawan menjadi lebih kompetitif
Setiap orang dapat menjalankan kegiatan di bidang SDM
Kegiatan-kegiatan di bidang SDM didasarkan atas teori dan penelitian. Praktisi di bidang SDM harus mampu menguasai keduanya
Fungsi SDM hanya berkaitan dengan sisi lunak dari bisnis, sehingga hasil kerjanya tidak perlu diukur
Dampak dari pelaksanaan
aktivitas di bidang SDM terhadap bisnis harus dapat diukur. Praktisi di
bidang SDM harus mampu menjabarkan pekerjaannya dalam bentuk kinerja
yang mempunyai nilai finansial
Fungsi SDM memusatkan perhatiannya pada pengawasan biaya semata
Fungsi SDM harus memusatkan perhatiannya pada peningkatan nilai tambah kepada perusahaan, dan bukan menurunkan biaya
Para praktisi di bidang SDM adalah orang-orang yang lemah lembut
Para praktisi di bidang SDM
pada suatu saat harus mampu untuk bertindak tegas, berdebat, beradu
argumentasi, namun tetap suportif
- Belum tersosialisasinya pemahaman tentang Fungsi SDM sebagai sebuah
profesi yang bersifat multi disipliner (Psikologi,
Ekonomi/Manajemen/Bisnis, Hukum, Teknologi Informasi/Manajemen
Informasi) di kalangan praktisi SDM. Hal ini terkadang membuat para
praktisi SDM hanya memusatkan sejumlah aspek saja dari disiplin ilmu SDM
tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena para praktisi yang
bersangkutan kurang memahami disiplin ilmu lainnya dibandingkan dengan
disiplin ilmu yang dikuasainya.
- Peran tradisional dari Fungsi SDM di masa lalu
membuat banyak praktisi SDM yang mempunyai keterbatasan dalam memahami
strategi bisnis dan keuangan perusahaan secara menyeluruh
- Mahalnya investasi di bidang Sistim Informasi SDM (Human Resources Information System)
Beberapa Saran
Masalah-masalah yang
diungkapkan di atas tentunya perlu dicarikan jalan keluarnya. Penulis
memahami bahwa masalah-masalah tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk
diselesaikan. Atas dasar pemikiran itulah, penulis mencoba untuk
mengusulkan alternatif pilihan penyelesaian masalah berikut ini, untuk
menjadi bahan renungan dan pertimbangan, khususnya bagi para praktisi
SDM. Penulis menyadari bahwa alternatif-alternatif yang diusulkan di
bawah ini, bukanlah seperti sebuah obat mujarab yang langsung dapat
menyembuhkan penyakit, namun lebih sebagai sebuah proses
berkesinambungan yang sebaiknya perlu mulai dilakukan.
Para
praktisi SDM sudah selayaknya menanamkan kesadaran bahwa dalam setiap
kebijakan yang dibuat maupun tindakan yang dilakukan, haruslah
memberikan nilai tambah kepada perusahaan. Nila tambah ini tidak saja
bersifat kualitatif, tetapi juga kuantitatif, yang dapat diukur
keberhasilannya. Untuk itulah dalam penyusunan sasaran-sasaran sebaiknya
didasarkan atas kriteria-kriteria SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time Frame),
yang berati bahwa setiap sasaran yang dibuat harus jelas, dapat diukur,
dapat dicapai, realistis, dan mempunyai ukuran waktu yang jelas. Ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun sasaran-sasaran
di bidang SDM, antara lain Performance Management, Balance Scorecard, dll*. (lihat penjelasan istilah)
Untuk meluaskan wawasannya di bidang
SDM, maka para praktisi SDM diharapkan untuk dapat secara aktif
terlibat dalam membangun jaringan SDM melalui asosiasi-asosiasi SDM,
baik yang bersifat lintas bisnis maupun bisnis sejenis.
Untuk menjadi mitra bisnis
strategis, maka para praktisi SDM perlu lebih banyak meluangkan waktu
untuk membaca buku-buku/koran/majalah atau mendengarkan ulasan-ulasan di
bidang bisnis, bertukar-pikiran dengan para praktisi bisnis di dalam
perusahaan, maupun di luar perusahaan, dan secara proaktif memberikan
saran-saran kepada manajemen puncak di perusahaan tentang
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Fungsi SDM dalam mendukung
keberhasilan bisnis perusahaan.
Meningkatkan pengetahuan di bidang
finansial dengan cara bertukar pikiran dengan para praktisi keuangan di
dalam perusahaan, maupun dengan menghadiri pelatihan mengenai keuangan,
yang dirancang khusus bagi para manajer/praktisi di luar Bidang
Keuangan.
Fungsi SDM dapat memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat di bidang administrasi kepada manajemen
dan para karyawan antara lain melalui penggunaan teknologi tepat guna di
bidang sistim informasi (HRIS), evaluasi proses kerja, implementasi pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), dan sebagainya.
Agar menjadi pendukung dan pendorong
kemajuan karyawan, Fungsi SDM perlu menyelengarakan program-program
pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan para karyawan untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif. Misalnya program pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi, mengelola waktu kerja,
menetapkan sasaran kerja, dan kepemimpinan. Disamping itu para praktisi
SDM perlu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang-bidang
yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan komunikasi di dalam
perusahaan, pengembangan dan pendidikan karyawan, serta kemampuan dalam
menyusun strategi remunerasi yang tepat. Mengikuti pelatihan yang
terkait dapat menjadi salah satu alternatif. Alternatif lainnya adalah
dengan membangun hubungan yang akrab dengan para karyawan melalui
kegiatan olah raga maupun rekreasi. Dengan kegiatan olah raga dan
rekreasi ini, diharapkan akan terjalin komunikasi yang lebih baik dengan
para karyawan.
Fungsi SDM harus dapat memberikan
contoh kepada fungsi-fungsi lain di dalam perusahaan dalam hal memulai
dan menerima perubahan. Fungsi SDM dapat terus menyempurnakan proses
kerjanya, melalui umpan balik yang diterima dari hasil audit internal di bidang SDM, survey
pendapat karyawan, maupun dengan menerapkan prinsip-prinsip yang
menekankan pada upaya untuk selalu melakukan perbaikan-perbaikan mutu
secara berkesinambungan dalam setiap kebijakan yang dibuat atau dalam
setiap tindakan yang dilakukan.
Mengingat mahalnya perangkat lunak sistim informasi SDM (HRIS),
maka mengembangkan sendiri sistim informasi SDM merupakan salah satu
kiat yang dapat dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama
dengan ahli-ahli yang ada di dalam perusahaan atau tenaga ahli lepas.
Sistim yang dikembangkan ini, harus didasarkan atas hasil survey dan analisa yang mendalam mengenai kebutuhan dan manfaat yang diperoleh dari investasi bidang HRIS ini. Kiat yang lain adalah dengan melakukan outsourcing kebutuhan HRIS kepada pihak diluar perusahaan.
Penutup
Peran dari Fungsi SDM dan para praktisinya saat ini
dan di masa yang akan datang harus pararel dengan kebutuhan-kebutuhan
yang ada dalam perusahaannya yang senantiasa berubah dengan cepat,
sejalan dengan terjadinya globalisasi. Dalam atmosfir perusahaan seperti
ini Fungsi SDM dan para praktisinya dituntut untuk mulai melakukan
perubahan yang mendasar dalam memainkan perannya di perusahaan. Dengan
perubahan ini, maka Fungsi SDM dan para praktisinya dapat memberikan
nilai tambah kepada bisnis perusahaan. Mereka harus mampu untuk menjadi
mitra strategis yang handal bagi pimpinan puncak perusahaan, ahli di
bidang administrasi, pendukung dan pendorong kemajuan karyawan,
dan agen perubahan yang selalu siap untuk menjadi katalisator terhadap
perubahan yang digulirkan oleh perusahaan. Peran tradisional sebagai
pelaksana administrasi dan penjaga peraturan sudah selayaknya
diperbaharui dan diperluas.
Untuk mewujudkan peran seperti yang diharapkan di
atas, tentunya memerlukan kerja keras dan tekad yang kuat dari para
praktisi SDM untuk secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya di bidang-bidang yang selama ini mungkin kurang
mendapatkan perhatian, seperti bisnis dan finansial, maupun di
bidang-bidang yang selama ini menjadi bagian dari Fungsi SDM (Rekrutmen
dan Seleksi, Pelatihan, Administrasi Personalia, Hubungan Industrial,
dsbnya) . Investasi di bidang sistim informasi SDM juga layak untuk
dipertimbangkan, sebagai salah cara yang dapat dilakukan untuk membuat
kinerja dari Fungsi SDM menjadi lebih efisien dan efektif.(jp)
Penjelasan Istilah:
Performance Management adalah
sebuah konsep atau pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dan kinerja individual dari karyawan. Tujuan dari performance management
ini adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja karyawan
secara keseluruhan, dengan cara menyelaraskan sasaran-saaran yang ingin
dicapai perusahaan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh individu
karyawan, dan secara berkesinambungan mengevaluasi kemajuan yang dicapai
dari sasaran-sasaran tersebut.
Balance Scorecard
adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
mengkombinasikan pengukuran-pengukuruan tradisional yang menggunakan
parameter finansial dengan pengukuran-pengukuran yang bersifat
non-finansial. Pendekatan ini dapat memberikan para manajer informasi
yang lebih kaya dan lebih relevan tentang aktifitas-aktifitas yang
dikelolanya. Balance scorecard secara klasik mempunyai 4 parameter/struktur yang harus diukur, yaitu :
-
Perspektif finansial (mis : keuntungan, pertumbuhan, biaya, dll)
-
Perspektif pelanggan (mis : persepsi terhadap harga, kualitas pelayan, kepuasan pelanggan, dll)
-
Perspektif internal (mis : daur waktu, produktifitas, proses kerja, dll)
-
Perspektif belajar dan tumbuh (mis : Pengetahuan, pengembangan produk, pelatihan, dll)
**
Penulis adalah Psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan praktisi SDM di sebuah perusahaan multinasional.
Sebagai mitra bisnis strategis, Fungsi SDM dan para
praktisinyanya dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menterjemahkan
strategi bisnis yang ditetapkan perusahaan , menjadi tindakan-tindakan
yang nyata di lapangan. Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu
memberikan masukkan-masukkan yang bernilai tambah kepada tim bisnis
perusahaan, dalam penyusunan strategi bisnis. Disamping itu, seorang
praktisi SDM harus mampu mengembangkan ketajaman pengetahuannya di
bidang bisnis, mempunyai orientasi terhadap pelanggan dan mempunyai
pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam bisnis yang dijalani oleh
perusahaan.
Sebagai ahli di bidang administrasi, Fungsi SDM dan
para praktisinya harus mampu melakukan rekayasa ulang terhadap
proses-proses kerja yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian proses
adminsitrasi di bidang SDM akan menjadi lebih efisien dan efektif dalam
melayani kebutuhan manajemen atau para karyawan akan informasi SDM.
Dalam perannya sebagai pendukung dan pendorong
kemajuan karyawan, Fungsi SDM dan para praktisinyanya dituntut untuk
mampu mengenali kebutuhan-kebutuhan para karyawan, menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan harapan-harapan perusahaan, dan
berupaya keras untuk melakukan langkah-langkah terbaik untuk mendorong
agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi secara optimal. Fungsi SDM
dan para praktisinya juga harus mampu untuk menciptakan suasana kerja
yang dapat memberdayakan karyawan dan memotivasi mereka untuk memberikan
kontribusi terbaiknya kepada perusahaan.
Dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan, Fungsi SDM
dan para praktisinyanya dituntut untuk mampu menjadi katalisator
perubahan di dalam perusahaan. Fungsi SDM dan para praktisinyanya harus
mampu berperan dalam mempercepat dan mengelola proses perubahan yang
dicanangkan oleh perusahaan secara efektif. Disamping itu, mereka
dituntut pula untuk mampu mengenali hambatan-hambatan yang mungkin
dihadapi oleh perusahaan bila perubahan dilakukan. Dengan demikian dapat
mencegah terjadinya gejolak sosial, yang kontra produktif di dalam
perusahaan.
Adanya
mitos yang tidak tepat tentang Profesi SDM yang selama ini hidup di
masyarakat, para pemimpin perusahaan, maupun di kalangan praktisi SDM
sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Ulrich ( 1997) berikut ini :
MITOS
REALITAS
Fungsi SDM tidak dirancang
untuk menciptakan aktivitas sosial yang membuat karyawan merasa nyaman,
tetapi dirancang untuk membuat karyawan menjadi lebih kompetitif
Setiap orang dapat menjalankan kegiatan di bidang SDM
Kegiatan-kegiatan di bidang SDM didasarkan atas teori dan penelitian. Praktisi di bidang SDM harus mampu menguasai keduanya
Fungsi SDM hanya berkaitan dengan sisi lunak dari bisnis, sehingga hasil kerjanya tidak perlu diukur
Dampak dari pelaksanaan
aktivitas di bidang SDM terhadap bisnis harus dapat diukur. Praktisi di
bidang SDM harus mampu menjabarkan pekerjaannya dalam bentuk kinerja
yang mempunyai nilai finansial
Fungsi SDM memusatkan perhatiannya pada pengawasan biaya semata
Fungsi SDM harus memusatkan perhatiannya pada peningkatan nilai tambah kepada perusahaan, dan bukan menurunkan biaya
Para praktisi di bidang SDM adalah orang-orang yang lemah lembut
Para praktisi di bidang SDM
pada suatu saat harus mampu untuk bertindak tegas, berdebat, beradu
argumentasi, namun tetap suportif
Perspektif finansial (mis : keuntungan, pertumbuhan, biaya, dll)
Perspektif pelanggan (mis : persepsi terhadap harga, kualitas pelayan, kepuasan pelanggan, dll)
Perspektif internal (mis : daur waktu, produktifitas, proses kerja, dll)
Perspektif belajar dan tumbuh (mis : Pengetahuan, pengembangan produk, pelatihan, dll)
No comments:
Post a Comment