Kategori Organisasi Industri
Oleh : Zainun Mutadin, SPsi. MSi.
Jakarta, 10 Oktober 2002
Dalam bekerja, hampir setiap orang mendambakan
memperoleh jabatan yang tinggi. Namun demikian seringkali dijumpai
seseorang yang mendapat promosi kenaikan jabatan/pangkat tidak siap
dengan jabatan baru tersebut sehingga kinerjanya menjadi turun dan
bahkan lebih buruk daripada ketika ia masih menjadi pegawai biasa.
Permasalahan yang seringkali dialami para supervisor/manager baru
tersebut bukanlah terletak pada kemampuan teknis dalam mengerjakan tugas
di lapangan tetapi lebih pada kemampuan managerial untuk membangun
semangat kerja para bawahannya. Artinya para supervisor/manager baru
tersebut banyak yang tidak siap ketika diberikan tanggungjawab
membimbing, melatih, memotivasi dan menilai kinerja para bawahannya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, apa
saja yang harus diperhatikan oleh supervisor/manager dalam membangun
semangat kerja bawahannya. Beberapa hal di bawah ini mungkin dapat
dijadikan pertimbangan jika anda kebetulan adalah seorang supervisor
atau manager.
1. Jadilah Pendengar yang Baik
Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi,
pernah berkata bahwa penghalang yang terbesar untuk melakukan komunikasi
pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan
baik, dengan penuh pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika anda
diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini
merupakan salah satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika anda
sedang berbicara dengan bawahan anda jagalah agar anda tidak terlalu
banyak bicara, melainkan lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan
dari bawahan anda.
Kesediaan untuk mendengar akan memberi kesempatan
kepada bawahan untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan
mendengar berarti anda memperhatikannya, anda mempunyai suatu perhatian
yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi olehnya, dimana mungkin
anda selaku atasan mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan orang
tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga
bawahan anda lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan.
Selain itu mendengarkan seseorang yang secara bebas berbicara tentang
dirinya sendiri merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa
lawan bicara kita tersebut. Meskipun demikian mendengarkan tidaklah
selalu berarti bahwa anda percaya terhadap segala yang anda dengar.
Tentu saja untuk dapat menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kesabaran
dan kerendahan hati.
2. Kenali Pekerjaan yang Dilakukan
Kita sering melakukan kesalahan dalam
menginterpretasi dan menilai hasil kerja seseorang sebagai akibat dari
suatu pandangan dan pengetahuan yang dangkal sekali tentang pekerjaan
orang tersebut. Seringkali kita menjumpai seorang atasan yang
mengharapkan bawahannya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan
merupakan kapasitasnya. Jika mengambil perumpamaan hal tersebut adalah
ibarat mengharapkan pohon mangga menghasilkan buah durian. Mustahil
bukan? Akibatnya tidak sedikit bawahan yang menjadi frustrasi dan bahkan
tidak "respect" terhadap atasan karena atasan demikian dinilai tidak tahu apa pekerjaan bawahannya sebenarnya (padahal ia seharusnya tahu).
Jika anda adalah seorang atasan maka sudah seharusnya
anda mengetahui apa yang wajib dan baik untuk dikerjakan atau
diselesaikan bawahan anda. Anda juga harus dapat mengetahui secara pasti
apakah bawahan anda mengerjakan tugas dengan suatu cara atau jalan yang
aman yang dapat diterima oleh perusahaan. Jika ternyata bawahan anda
dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara-cara yang dapat diterima
tetapi tidak sesuai dengan cara anda, maka sedapat mungkin biarlah ia
menggunakan cara tersebut. Jangan cepat-cepat mengkritik atau pun
memaksanya untuk melakukan menurut cara anda. Sebaliknya jika ia
ternyata tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka anda perlu melakukan
suatu perubahan. Langkah awal dalam melakukan perubahan tersebut adalah
dengan membuat suatu persetujuan antara anda dan bawahan mengenai
hal-hal yang mendasar dari pekerjaan tersebut.
3. Kenali Bawahan Anda
Sebagai atasan, anda harus
mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat anak buah anda dan menolong
mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam pekerjaan.
Anda juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri bawahan,
mengerti kebutuhan dan keinginan mereka, dsb. Sebagai contoh: anda harus
dapat membedakan apakah bawahan anda lebih tertarik pada kesempatan dan
tantangan karir atau pada materi seperti uang atau lebih pada status.
Jika anda dapat mengindentifikasi hal ini maka akan lebih mudah bagi
anda untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan anda.
Anda sudah semestinya anda mengenal
bawahan anda, jika tidak secara pribadi sekurang-kurangnya anda
mengenali karakter-karakter penting yang berguna bagi produktivitas
bawahan tersebut. Beberapa supervisor/manajer merasa takut untuk
mengenal lebih dekat bawahannya, karena dengan kedekatannya itu maka
mereka akan menjadi terlalu lunak dan salah dalam menilai prestasi
bawahan. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekeliruan,
karena mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan
yang dimilikinya tidaklah berarti bahwa anda tidak menuntut ia untuk
bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan yang berlaku.
4. Kenali Perlombaan yang Ingin Anda Lakukan
Sebagai pejabat baru dan masih berada dalam semangat
yang menyala-nyala untuk mendorong dan memotivasi bawahan anda, anda
mungkin terus memacu bawahan anda untuk melakukan sesuatu, yang
sesungguhnya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan suatu hal
yang wajar karena anda mungkin masih dalam tahap ingin menunjukkan jati
diri sebagai atasan yang pantas menduduki jabatan tersebut. Namun
demikian kondisi ini harus benar-benar diwaspadai mengingat bahwa tidak
ada seorangpun bawahan yang mampu bekerja dalam kondisi yang tetap
maksimal setiap hari. Jadi janganlah anda terus-menerus berteriak "awas
ada macan", sampai anak buah anda kelelahan dan akhirnya ketika "macan"
yang sesungguhnya tiba anak buah anda sudah kehabisan tenaga dan tidak
memiliki semangat lagi.
Selain itu bawahan anda mungkin akan merasa bosan dan
jengkel karena dorongan-dorongan anda untuk bekerja lebih giat dan
bersemangat, sementara mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang dikerjakan
tersebut tidak begitu penting. Contoh: anda memberikan tugas atau
proyek khusus kepada bawahan anda tanpa ada kejelasan apa tindak
lanjutnya, kapan diaplikasikan dan tidak ada target pasar yang jelas,
sementara bawahan anda tersebut masih harus mengerjakan tugas-tugas
rutin yang sudah snagat jelas manfaatnya bagi perusahaan. Oleh karena
itu amat sangat penting bagi anda selaku atasan untuk dapat menentukan
prioritas pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tidak ada kegiatan
yang terlihat "mubazir" dan hanya sekedar membuat bawahan anda terlihat
sibuk. Tanpa kemampuan untuk menentukan hal ini maka bawahan anda akan
cenderung tidak tidak bisa membedakan antara suatu pekerjaan yang urgent dengan yang rutin karena setiap hari mereka selalu dikejar-kejar.
5. Gunakan Peristiwa-Peristiwa Khusus
Dalam aktivitas kerja selalu saja ada
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa khusus yang dapat dijadikan
bahan atau contoh untuk membangun semangat kerja bawahan anda. Contoh:
Keberhasilan divisi anda dalam memenangkan suatu proyek atau
keberhasilan divisi dalam memangkas biaya produksi atau pun penghargaan
yang diberikan oleh media massa (masyarakat) kepada teamwork anda.
Sebaliknya ada juga peristiwa-peristiwa dimana anda dan bawahan anda
mungkin mengalami kegagalan. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan
tersebut sebagai bahan pembelajaran. Tunjukkan kepada bawahan anda
faktor-faktor apa saja yang membuat divisi anda meraih sukses. Dan
tunjukkan juga faktor-faktor atau perilaku apa saja yang menyebabkan
divisi anda mengalami kegagalan. Dalam menyikapi kegagalan, carilah
alternatif solusi secara bersama-sama, usahakan banyak ide-ide yang
dapat diutarakan, dan jangan sekali-kali mematahkan semangat bawahan
anda sebab bila ia patah semangat maka banyak hal yang tidak akan
tercapai. Sebagai atasan, anda harus jeli memanfaatkan peristiwa yang
ada untuk mengarahkan bawahan dalam memahami dan menghadapi fakta atau
realitas dalam pekerjaan sehari-hari.
6. Berikan Kesempatan
Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan bawahan dalam bekerja jarang sekali berakibat fatal. Artinya
dari kesekian banyak kesalahan yang mungkin dilakukan masih terdapat
peluang untuk diperbaiki dan diberikan kesempatan untuk berubah. Oleh
karena itu, janganlah semata-mata memberikan hukuman kepada bawahan yang
kebetulan melakukan kesalahan, tapi tolonglah dia dan berikan
kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya.
Jika anda memang sudah menyerah
terhadap kemungkinan perbaikan dari seorang bawahan, yaitu jika anda
merasa bahwa pekerjaannya sangat tidak memuaskan dan dia tidak mungkin
lagi dapat memaksimalkan pekerjaan tersebut (meski sudah dilakukan
bimbingan dan pelatihan), janganlah berpura-pura menolongnya dan
hentikanlah usaha-usaha melakukan kritik yang konstruktif, karena semua
itu tidak akan berguna lagi. Katakanlah kepadanya dengan terus terang
bahwa pekerjaan yang dia lakukan tidak berhasil. Kemudian sarankan suatu
mutasi ke bidang lain yang lebih sesuai, jika hal itu memungkinkan,
atau berhentikan orang tersebut melalui prosedur yang berlaku.
8. Delegasikan Tanggungjawab
Salah satu hal penting dari
sifat-sifat seorang atasan adalah bagaimana ia dapat mendelegasikan atau
mewakilkan tanggungjawab dan wewenang kepada bawahannya. Seorang atasan
yang buruk tidak akan pernah mau dan mampu mendelegasikan tanggung
jawab dan wewenang kepada bawahannya. Sebaliknya atasan yang lemah akan
terlalu mudah mendelegasikan tanpa adanya pengawasan atau kontrol yang
cukup. Sementara itu jika anda ingin menjadi atasan yang yang baik maka
delegasikan tanggung jawab dan wewenang anda dengan suatu catatan atau
agenda yang memuat waktu penyelesaian pekerjaan tersebut. Mintalah
laporan perkembangan pekerjaan pada waktu-waktu tertentu dan lakukan
tindakan-tindakan yang positif jika permasalahan muncul atau terjadi.
9. Patuhi Batas-batas Peran Anda
Sebagai atasan anda harus menyadari benar kemampuan
anda, anda tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan anda.
Anda harus menyadari bahwa anda bukanlah dokter bedah otak, yang dapat
mengoperasi setiap orang sesuka hati anda, anda juga bukanlah
pendeta/kiai bagi bawahan anda dan anda juga bukan ahli psikologi yang
dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologisnya. Ingatlah bahwasanya
ada tiga jalan yang fundamental untuk mengubah seseorang: yaitu tobat
keagamaan, psikoterapi dan operasi otak. Anda adalah seorang pemimpin,
janganlah memaksakan diri untuk melakukan ketiga hal tersebut.
Salah-salah anda akan menjadi korbannya.
Selain beberapa hal diatas pasti masih banyak cara
untuk meningkatkan kemampuan managerial anda dalam meningkatkan kinerja
para bawahan anda. Dengan tulisan ini kami berharap bahwa hal-hal diatas
dapat memperkaya wawasan anda sehingga lebih percaya diri dalam
membimbing bawahan anda. Selamat mencoba. (jp)
Dalam bekerja, hampir setiap orang mendambakan
memperoleh jabatan yang tinggi. Namun demikian seringkali dijumpai
seseorang yang mendapat promosi kenaikan jabatan/pangkat tidak siap
dengan jabatan baru tersebut sehingga kinerjanya menjadi turun dan
bahkan lebih buruk daripada ketika ia masih menjadi pegawai biasa.
Permasalahan yang seringkali dialami para supervisor/manager baru
tersebut bukanlah terletak pada kemampuan teknis dalam mengerjakan tugas
di lapangan tetapi lebih pada kemampuan managerial untuk membangun
semangat kerja para bawahannya. Artinya para supervisor/manager baru
tersebut banyak yang tidak siap ketika diberikan tanggungjawab
membimbing, melatih, memotivasi dan menilai kinerja para bawahannya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, apa
saja yang harus diperhatikan oleh supervisor/manager dalam membangun
semangat kerja bawahannya. Beberapa hal di bawah ini mungkin dapat
dijadikan pertimbangan jika anda kebetulan adalah seorang supervisor
atau manager.
1. Jadilah Pendengar yang Baik
Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi,
pernah berkata bahwa penghalang yang terbesar untuk melakukan komunikasi
pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan
baik, dengan penuh pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika anda
diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini
merupakan salah satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika anda
sedang berbicara dengan bawahan anda jagalah agar anda tidak terlalu
banyak bicara, melainkan lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan
dari bawahan anda.
Kesediaan untuk mendengar akan memberi kesempatan
kepada bawahan untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan
mendengar berarti anda memperhatikannya, anda mempunyai suatu perhatian
yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi olehnya, dimana mungkin
anda selaku atasan mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan orang
tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga
bawahan anda lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan.
Selain itu mendengarkan seseorang yang secara bebas berbicara tentang
dirinya sendiri merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa
lawan bicara kita tersebut. Meskipun demikian mendengarkan tidaklah
selalu berarti bahwa anda percaya terhadap segala yang anda dengar.
Tentu saja untuk dapat menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kesabaran
dan kerendahan hati.
2. Kenali Pekerjaan yang Dilakukan
Kita sering melakukan kesalahan dalam
menginterpretasi dan menilai hasil kerja seseorang sebagai akibat dari
suatu pandangan dan pengetahuan yang dangkal sekali tentang pekerjaan
orang tersebut. Seringkali kita menjumpai seorang atasan yang
mengharapkan bawahannya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan
merupakan kapasitasnya. Jika mengambil perumpamaan hal tersebut adalah
ibarat mengharapkan pohon mangga menghasilkan buah durian. Mustahil
bukan? Akibatnya tidak sedikit bawahan yang menjadi frustrasi dan bahkan
tidak "respect" terhadap atasan karena atasan demikian dinilai tidak tahu apa pekerjaan bawahannya sebenarnya (padahal ia seharusnya tahu).
Jika anda adalah seorang atasan maka sudah seharusnya
anda mengetahui apa yang wajib dan baik untuk dikerjakan atau
diselesaikan bawahan anda. Anda juga harus dapat mengetahui secara pasti
apakah bawahan anda mengerjakan tugas dengan suatu cara atau jalan yang
aman yang dapat diterima oleh perusahaan. Jika ternyata bawahan anda
dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara-cara yang dapat diterima
tetapi tidak sesuai dengan cara anda, maka sedapat mungkin biarlah ia
menggunakan cara tersebut. Jangan cepat-cepat mengkritik atau pun
memaksanya untuk melakukan menurut cara anda. Sebaliknya jika ia
ternyata tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka anda perlu melakukan
suatu perubahan. Langkah awal dalam melakukan perubahan tersebut adalah
dengan membuat suatu persetujuan antara anda dan bawahan mengenai
hal-hal yang mendasar dari pekerjaan tersebut.
3. Kenali Bawahan Anda
Sebagai atasan, anda harus
mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat anak buah anda dan menolong
mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam pekerjaan.
Anda juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri bawahan,
mengerti kebutuhan dan keinginan mereka, dsb. Sebagai contoh: anda harus
dapat membedakan apakah bawahan anda lebih tertarik pada kesempatan dan
tantangan karir atau pada materi seperti uang atau lebih pada status.
Jika anda dapat mengindentifikasi hal ini maka akan lebih mudah bagi
anda untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan anda.
Anda sudah semestinya anda mengenal
bawahan anda, jika tidak secara pribadi sekurang-kurangnya anda
mengenali karakter-karakter penting yang berguna bagi produktivitas
bawahan tersebut. Beberapa supervisor/manajer merasa takut untuk
mengenal lebih dekat bawahannya, karena dengan kedekatannya itu maka
mereka akan menjadi terlalu lunak dan salah dalam menilai prestasi
bawahan. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekeliruan,
karena mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan
yang dimilikinya tidaklah berarti bahwa anda tidak menuntut ia untuk
bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan yang berlaku.
4. Kenali Perlombaan yang Ingin Anda Lakukan
Sebagai pejabat baru dan masih berada dalam semangat
yang menyala-nyala untuk mendorong dan memotivasi bawahan anda, anda
mungkin terus memacu bawahan anda untuk melakukan sesuatu, yang
sesungguhnya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan suatu hal
yang wajar karena anda mungkin masih dalam tahap ingin menunjukkan jati
diri sebagai atasan yang pantas menduduki jabatan tersebut. Namun
demikian kondisi ini harus benar-benar diwaspadai mengingat bahwa tidak
ada seorangpun bawahan yang mampu bekerja dalam kondisi yang tetap
maksimal setiap hari. Jadi janganlah anda terus-menerus berteriak "awas
ada macan", sampai anak buah anda kelelahan dan akhirnya ketika "macan"
yang sesungguhnya tiba anak buah anda sudah kehabisan tenaga dan tidak
memiliki semangat lagi.
Selain itu bawahan anda mungkin akan merasa bosan dan
jengkel karena dorongan-dorongan anda untuk bekerja lebih giat dan
bersemangat, sementara mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang dikerjakan
tersebut tidak begitu penting. Contoh: anda memberikan tugas atau
proyek khusus kepada bawahan anda tanpa ada kejelasan apa tindak
lanjutnya, kapan diaplikasikan dan tidak ada target pasar yang jelas,
sementara bawahan anda tersebut masih harus mengerjakan tugas-tugas
rutin yang sudah snagat jelas manfaatnya bagi perusahaan. Oleh karena
itu amat sangat penting bagi anda selaku atasan untuk dapat menentukan
prioritas pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tidak ada kegiatan
yang terlihat "mubazir" dan hanya sekedar membuat bawahan anda terlihat
sibuk. Tanpa kemampuan untuk menentukan hal ini maka bawahan anda akan
cenderung tidak tidak bisa membedakan antara suatu pekerjaan yang urgent dengan yang rutin karena setiap hari mereka selalu dikejar-kejar.
5. Gunakan Peristiwa-Peristiwa Khusus
Dalam aktivitas kerja selalu saja ada
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa khusus yang dapat dijadikan
bahan atau contoh untuk membangun semangat kerja bawahan anda. Contoh:
Keberhasilan divisi anda dalam memenangkan suatu proyek atau
keberhasilan divisi dalam memangkas biaya produksi atau pun penghargaan
yang diberikan oleh media massa (masyarakat) kepada teamwork anda.
Sebaliknya ada juga peristiwa-peristiwa dimana anda dan bawahan anda
mungkin mengalami kegagalan. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan
tersebut sebagai bahan pembelajaran. Tunjukkan kepada bawahan anda
faktor-faktor apa saja yang membuat divisi anda meraih sukses. Dan
tunjukkan juga faktor-faktor atau perilaku apa saja yang menyebabkan
divisi anda mengalami kegagalan. Dalam menyikapi kegagalan, carilah
alternatif solusi secara bersama-sama, usahakan banyak ide-ide yang
dapat diutarakan, dan jangan sekali-kali mematahkan semangat bawahan
anda sebab bila ia patah semangat maka banyak hal yang tidak akan
tercapai. Sebagai atasan, anda harus jeli memanfaatkan peristiwa yang
ada untuk mengarahkan bawahan dalam memahami dan menghadapi fakta atau
realitas dalam pekerjaan sehari-hari.
6. Berikan Kesempatan
Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan bawahan dalam bekerja jarang sekali berakibat fatal. Artinya
dari kesekian banyak kesalahan yang mungkin dilakukan masih terdapat
peluang untuk diperbaiki dan diberikan kesempatan untuk berubah. Oleh
karena itu, janganlah semata-mata memberikan hukuman kepada bawahan yang
kebetulan melakukan kesalahan, tapi tolonglah dia dan berikan
kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya.
Jika anda memang sudah menyerah
terhadap kemungkinan perbaikan dari seorang bawahan, yaitu jika anda
merasa bahwa pekerjaannya sangat tidak memuaskan dan dia tidak mungkin
lagi dapat memaksimalkan pekerjaan tersebut (meski sudah dilakukan
bimbingan dan pelatihan), janganlah berpura-pura menolongnya dan
hentikanlah usaha-usaha melakukan kritik yang konstruktif, karena semua
itu tidak akan berguna lagi. Katakanlah kepadanya dengan terus terang
bahwa pekerjaan yang dia lakukan tidak berhasil. Kemudian sarankan suatu
mutasi ke bidang lain yang lebih sesuai, jika hal itu memungkinkan,
atau berhentikan orang tersebut melalui prosedur yang berlaku.
8. Delegasikan Tanggungjawab
Salah satu hal penting dari
sifat-sifat seorang atasan adalah bagaimana ia dapat mendelegasikan atau
mewakilkan tanggungjawab dan wewenang kepada bawahannya. Seorang atasan
yang buruk tidak akan pernah mau dan mampu mendelegasikan tanggung
jawab dan wewenang kepada bawahannya. Sebaliknya atasan yang lemah akan
terlalu mudah mendelegasikan tanpa adanya pengawasan atau kontrol yang
cukup. Sementara itu jika anda ingin menjadi atasan yang yang baik maka
delegasikan tanggung jawab dan wewenang anda dengan suatu catatan atau
agenda yang memuat waktu penyelesaian pekerjaan tersebut. Mintalah
laporan perkembangan pekerjaan pada waktu-waktu tertentu dan lakukan
tindakan-tindakan yang positif jika permasalahan muncul atau terjadi.
9. Patuhi Batas-batas Peran Anda
Sebagai atasan anda harus menyadari benar kemampuan
anda, anda tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan anda.
Anda harus menyadari bahwa anda bukanlah dokter bedah otak, yang dapat
mengoperasi setiap orang sesuka hati anda, anda juga bukanlah
pendeta/kiai bagi bawahan anda dan anda juga bukan ahli psikologi yang
dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologisnya. Ingatlah bahwasanya
ada tiga jalan yang fundamental untuk mengubah seseorang: yaitu tobat
keagamaan, psikoterapi dan operasi otak. Anda adalah seorang pemimpin,
janganlah memaksakan diri untuk melakukan ketiga hal tersebut.
Salah-salah anda akan menjadi korbannya.
Selain beberapa hal diatas pasti masih banyak cara
untuk meningkatkan kemampuan managerial anda dalam meningkatkan kinerja
para bawahan anda. Dengan tulisan ini kami berharap bahwa hal-hal diatas
dapat memperkaya wawasan anda sehingga lebih percaya diri dalam
membimbing bawahan anda. Selamat mencoba. (jp)



No comments:
Post a Comment