Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya kami ajukan
kepada pihak perusahaan (manajemen) atau calon klien kami ketika diminta
untuk menyusun suatu program pelatihan bagi mereka adalah: mengapa
pihak perusahaan merasa bahwa pelatihan merupakan jalan keluar dari
persoalan yang sedang dihadapi? Bagaimana pelatihan bisa memberikan
kontribusi terhadap rencana strategic perusahaan? Siapa saja yang
menjadi target pelatihan? Pelatihan apa saja yang pernah dilakukan dan
apa hasilnya? Dan masih ada beberapa pertanyaan lain.
Apa yang ingin diketahui dari beberapa pertanyaan
seperti tersebut diatas sebenarnya amat sederhana, yaitu ingin
mengetahui sejauhmana perusahaan telah melakukan analisis kebutuhan
pelatihan. Hal ini begitu penting untuk diketahui sebab tanpa analisis
kebutuhan yang sungguh-sungguh maka dapat dipastikan bahwa program
pelatihan yang dirancang hanya akan berlangsung sukses di ruang kelas
atau tempat pelaksanaan pelatihan semata. Artinya pelaksanaan pelatihan
mungkin berjalan dengan sangat baik, tetapi pada saat partisipan
(peserta pelatihan) kembali ke tempat kerja masing-masing mereka menjadi
tidak tahu atau bingung bagaimana menerapkan apa yang telah mereka
pelajari dari pelatihan. Kondisi seperti ini tidak jarang memberikan
citra yang negatif bagi pihak penyelenggara pelatihan (HRD Internal atau
pun HR Consultant dari luar perusahaan) karena dinilai tidak dapat
memberikan kontribusi yang signifikan kepada partisipan. Oleh karena
itu, perusahaan konsultan yang sungguh-sungguh peduli terhadap hasil
pelatihan pasti akan sangat berhati-hati jika diminta untuk menyusun
program pelatihan. Inilah salah satu penyebab mengapa banyak perusahaan
konsultan SDM tidak memiliki program pelatihan yang bersifat generic (berlaku umum).
Meskipun harus diakui bahwa kegagalan partisipan
untuk dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya selama pelatihan ke
dalam pekerjaan sehari-hari dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun tak
bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah
karena tidak adanya sinkronisasi antara pelatihan dengan kebutuhan atau
masalah yang dihadapi. Dengan kata lain keputusan untuk melaksanakan
pelatihan tidak didukung oleh data atau informasi yang memadai dan
akurat. Data atau informasi tersebut misalnya mengapa perusahaan perlu
mengadakan pelatihan, apa jenis pelatihan dan metode yang cocok, siapa
peserta yang harus ikut, hal-hal apa yang harus diajarkan, dan
sebagainya. Data dan informasi seperti inilah yang harus diperoleh pada
tahap analisis kebutuhan pelatihan (training needs analysis).
Definisi
Secara umum analisis kebutuhan pelatihan
didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam
rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja yang
ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar
kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada
kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Mengingat bahwa pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap
(kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standard
atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh si pegawai, maka dalam hal ini
analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap
tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan.
Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan maka pihak penyelenggara
pelatihan (HRD atau Divisi Training) dapat memperkirakan manfaat-manfaat
apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi
partisipan sebagai individu maupun bagi perusahaan.
Jika ditelaah secara lebih lanjut, maka analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
- memastikan bahwa pelatihan memang merupakan
salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai
dan produktivitas perusahaan
- memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat
- memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan
yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen
kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu
- mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan
- memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun
masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan,
ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang
tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan
- memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.
Beberapa Faktor
Mengingat bahwa data dan informasi yang harus dikumpulkan dan dianalisis menyangkut manusia (adanya gap
antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang ada dengan yang
diharapkan) dan organisasi/perusahaan (rencana dan tujuan perusahaan,
SAP, manfaat pelatihan, dsb) maka analisis kebutuhan pelatihan
seyogyanya mencakup kedua area tersebut. Oleh karena itu data yang harus
dikumpulkan mencakup beberapa faktor sebagai berikut:
Alasan
Perusahaan adalah suatu sistem. Artinya di dalam
perusahaan terdapat beberapa divisi atau bagian yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Dengan adanya berbagai divisi tersebut maka
kebutuhan akan pelatihan dapat berbeda-beda antara divisi yang satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, pada tahapan ini perancang program
pelatihan (baca: Training Manager/Officer yang mewakili HRD atau
Divisi Training) dituntut untuk benar-benar jeli dalam melihat kebutuhan
yang ada. Ia harus meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan pendapat
dari berbagai pihak, mengetahui dengan pasti siapa yang berwenang
memutuskan adanya pelatihan, dan apa kaitan pelatihan yang akan
dirancang dengan rencana strategic perusahaan.
Dalam banyak kasus kebutuhan pelatihan mungkin
diajukan atau diminta oleh manager atau supervisor dari divisi tertentu
yang ada dalam perusahaan. Selain itu ada juga pelatihan yang bersifat
menyeluruh, dalam arti bahwa pelatihan tersebut merupakan suatu policy dari
pihak manajemen untuk mensosialisasikan visi, misi, dan tujuan
perusahaan, termasuk rencana strategic yang akan dijalankan. Meski kedua
hal tersebut sebenarnya telah mengindikasikan adanya kebutuhan
pelatihan, namun perancang pelatihan harus dapat menggali lebih dalam
lagi sejauhmana kebutuhan tersebut dapat direalisasikan. Ia harus bisa
menggali informasi-informasi seperti: apakah program pelatihan serupa
pernah dilaksanakan dan apa hasilnya? Apakah pelatihan tersebut
benar-benar akan bermanfaat bagi divisi tertentu dan secara langsung
ataupun tidak langsung akan memberikan dampak positif bagi kinerja semua
divisi yang ada dalam perusahaan? Kondisi atau situasi seperti apa
sebenarnya yang mendorong dilakukannya pelatihan tersebut? Lalu apa
sebenarnya yang diharapkan dari pelatihan tersebut?
Peserta
Satu hal yang sangat krusial
dalam suatu pelatihan adalah menentukan siapa yang menjadi peserta
pelatihan tersebut. Peserta yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah
mencakup partisipan dan juga trainer/facilitator dari pelatihan
tersebut. Mengapa hal ini dikategorikan sebagai hal yang krusial tidak
lain adalah karena peserta akan sangat menentukan format pelatihan.
Selain itu para partisipan adalah individu-individu yang akan membawa
apa yang diperoleh dalam pelatihan ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari
sehingga akan memiliki dampak pada perusahaan. Dengan mengetahui
peserta pelatihan perancang program pelatihan dapat menentukan format
yang tepat; apakah akan menggunakan format ruang kelas (classroom setting), belajar sendiri (self-study or self-journey), belajar dari pengalaman (experiential learning or learning by doing), atau menggunakan beberapa format sekaligus.
Selain itu, dengan mengetahui siapa peserta pelatihan
maka perancang program pelatihan akan dapat menggali lebih jauh
berbagai informasi seperti:
- apa saja persyaratan minimal (pendidikan,
pengalaman dan ketrampilan) yang harus dipenuhi oleh partisipan untuk
dapat mengikuti pelatihan?
- apa dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki
partisipan, termasuk pelatihan apa saja yang pernah diikuti sebelumnya?
- apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh trainer/facilitator untuk dapat menyelenggarkan pelatihan? apakah akan menggunakan trainer dari dalam perusahaan atau menggunakan trainer dari luar?
- bagaimana data demography para partisipan?
Pekerjaan
Data atau informasi yang berhubungan dengan aspek
pekerjaan yang harus dikumpulkan dan dianalisis mencakup hal-hal
seperti: jenis pekerjaan (jabatan) apa yang sedang di review dan
apa fungsi utama pekerjan (jabatan) tersebut, apa saja kompetensi yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara optimal, apa
standard kinerja yang harus dipenuhi oleh pegawai, apakah pegawai sudah
memenuhi standard kinerja yang diharapkan, dsb. Pada intinya analisis
kebutuhan pelatihan yang mencakup aspek pekerjaan bertujuan mengumpulkan
informasi seputar fungsi dan tanggung jawab jabatan, tingkat kinerja
yang diharapkan, dan kemampuan serta ketrampilan apa saja yang harus
dimiliki oleh individu atau kelompok (divisi) untuk dapat memenuhi
standard kinerja yang diharapkan. Bagi perusahaan-perusahaan yang telah
memiliki uraian jabatan mungkin akan lebih mudah bagi si perancang
program untuk memperoleh data. Namun bagi perusahaan yang belum memiliki
uraian jabatan maka si perancang program akan membutuhkan banyak waktu
untuk melakukan analisis jabatan.
Materi
Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah terbiasa
melakukan pelatihan, materi pelatihan mungkin sudah tersedia untuk
berbagai jabatan. Meski demikian hal ini tidaklah berarti bahwa materi
tersebut selalu cocok untuk setiap peserta dan setiap situasi. Materi
pelatihan yang baik harus selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi yang
ada supaya isi (content) dari pelatihan benar-benar sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan si partisipan. Hal yang mendasar untuk
diketahui dalam menentukan materi yang akan dirancang dalam sebuah
program pelatihan adalah apakah materi yang akan diberikan merupakan
suatu hal yang bersifat essential atau tidak. Jika ya, maka
materi tersebut harus dimasukkan dalam pelatihan. Jika hal ini sudah
ditentukan, maka selanjutnya baru dipilih topik-topik penting yang perlu
diajarkan dalam pelatihan, bagaimana mengajarkannya dan hal-hal apa
saja yang perlu dijelaskan lebih lanjut supaya lebih memudahkan
partisipan dalam memahami materi tersebut.
Dukungan
Mengingat bahwa hal-hal yang
mempengaruhi kinerja pegawai maupun perusahaan secara keseluruhan tidak
hanya ditentukan oleh pelatihan, maka si perancang pelatihan harus
benar-benar dapat memastikan bahwa ia mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak di dalam perusahaan. Dukungan tersebut adalah berupa komitmen
dari para manager atau supervisor untuk menciptakan
suasana yang kondusif bagi para partisipan untuk dapat menerapkan apa
yang telah mereka pelajari dalam pelatihan. Suasana kondusif tersebut
misalnya: menempatkan pegawai pada jabatan yang sesuai dengan
kompetensinya, memberikan feedback tentang kinerja pegawai secara
periodik, mendengarkan keluhan dan masalah yang dihadapi pegawai dalam
menerapkan apa yang telah dipelajari, memberikan reward atau recognition
bagi pegawai yang berhasil memenuhi standard kinerja yang diharapkan,
menegur atau memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak menunjukkan
kinerja yang optimal, dsb.
Komitmen tersebut amat penting diperoleh mengingat
bahwa pelatihan bukanlah sarana yang tepat untuk mengendalikan hal-hal
yang tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Dengan
perkataan lain pelatihan hanyalah merupakan sarana yang berguna untuk
menghilangkan atau mengurangi adanya kesenjangan antara pengetahuan dan
ketrampilan yang ada dengan yang diharapkan. Pelatihan tidak bisa dengan
mudah dianggap sebagai sarana untuk mengurangi tingkat ketidakhadiran
pegawai, mengatasi PHk atau perampingan perusahaan, meningkatkan gaji
dan menciptakan motivasi kerja pegawai di lapangan. Pelatihan juga tidak
akan serta merta melahirkan standard kinerja yang diharapkan jika di
tempat kerja sehari-hari tidak ada kriteria penilaian tentang standard
kinerja tersebut. Selain itu pelatihan tidak bisa menggantikan peran manager ataupun supervisor
dalam memberikan feedback kepada bawahannya. Oleh karena itu, dalam
analisis kebutuhan pelatihan si perancang program harus dapat memastikan
bahwa pelatihan tidak akan disalahgunakan oleh pihak manajemen atau pun
para manager/supervisor untuk melepaskan tanggungjawab atas
ketidakberhasilan mereka dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Sebaliknya pelatihan harus dipandang sebagai sarana pendukung bagi
keberhasilan pihak manajemen atau para manager/supervisor dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka. Tanpa adanya komitmen yang sungguh-sungguh dari pihak manajemen atau para manager/supervisor maka dapat dipastikan bahwa pelatihan hanya akan berjalan sukses di ruang kelas atau tempat pelaksanaan pelatihan saja.
Biaya
Sekecil apapun kegiatan
pelatihan pasti membutuhkan dana. Oleh karena itu amat penting untuk
menghitung untung rugi dari pelaksanaan suatu pelatihan. Dalam hal ini
si perancang program pelatihan harus mengumpulkan berbagai informasi
yang menyangkut hal-hal seperti: biaya apa saja yang harus dikeluarkan
untuk partisipan maupun trainer, apa keuntungan yang akan
diperoleh dari pelatihan tersebut dan berapa lama hal itu bisa dicapai,
apakah biaya pelatihan masih sesuai dengan budget yang ada, dsb. Salah satu cara yang cukup populer untuk menghitung untung rugi suatu pelatihan adalah dengan mengukur ROI.
Memilih Metode
Sebelum menentukan metode yang akan digunakan dalam
pengumpulan data, maka perlu dipikirkan sumber-sumber data yang bisa
digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Sumber-sumber data
tersebut diantaranya adalah:
- Riset atau survey (critical incidents research, working climate survey, customer service survey, dsb)
- Penilaian kinerja (performance appraisal)
- Perencanaan karir pegawai
- Perubahan prosedur kerja dan perkembangan teknologi
- Perencanaan SDM
Jika faktor-faktor yang akan dianalisis sudah
diketahui dan sumber-sumber data dapat ditentukan maka perancang program
pelatihan dapat memilih beberapa metode pengumpulan data sebagai
berikut:
- Kuestioner
- Obervasi
- Wawancara
- Focus group
- Regular meeting
- Mempelajari data perusahaan
- Mempelajari uraian jabatan
- Membentuk kelompok pakar/penasehat
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah saya uraikan
diatas, besar harapan saya bahwa program pelatihan yang akan anda susun
dapat berlangsung sukses baik dalam pelaksanaannya maupun pada saat para
partisipan kembali ke tempat kerja untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan yang di peroleh ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Meskipun mungkin tidak semua faktor diatas harus dianalisis (ada
pelatihan tertentu yang tidak perlu menganalisis semua faktor), namun
semakin banyak data dan informasi yang bisa dikumpulkan dalam analisis
kebutuhan pelatihan maka akan semakin mudah bagi si perancang program
pelatihan untuk menggambarkan persyaratan-peryaratan yang diinginkan
oleh perusahaan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki pegawai,
kesenjangan antara pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang ada
dengan yang diharapkan dan bagaimana cara terbaik untuk menghilangkan
kesenjangan tersebut. Dengan melakukan analisis kebutuhan pelatihan
secara sungguh-sungguh maka niscaya program pelatihan yang dirancang
akan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Selamat mencoba.
Semoga berguna untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pekerja
kita. (jp)
No comments:
Post a Comment