Oleh : Johanes Papu
Rabu, 29 Juli 2009
Jakarta, 18 Juni 2001
Anda mungkin sependapat dengan saya bahwa
Garin Nugroho, sutradara penuh bakat yang telah meraih berbagai penghargaan di
dalam maupun luar negeri, adalah seseorang yang sangat kreatif. Kreativitas
beliau dapat terlihat dari karya-karyanya yang cenderung lain dari pada yang
biasanya. Ditengah-tengah suasana dunia perfilman dan sinetron Indonesia yang
cenderung menonjolkan kemewahan & thema-thema yang jauh dari realitas
(dunia mimpi), Garin mampu melahirkan film-film yang berkisah tentang realitas
kehidupan dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, Garin
dapat memadukan antara kemampuan mengexplorasi berbagai realitas yang ada ke
dunia film/sinetron dengan prinsip-prinsip seni. Sehingga hal-hal yang
sederhana menjadi menarik dan penting, meskipun di Indonesia belum banyak
orang yang memahami hal itu.
Pertanyaan kita adalah bagaimana seseorang
bisa begitu kreatif sementara yang lainnya tidak. Apakah kreativitas dapat
dipelajari? Jika ya, bagaimana menumbuhkan kreativitas di tempat kerja?
Menurut para ahli, seseorang yang kreatif
selalu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak
dilihat oleh orang lain. Orang yang kreatif, pada umumnya mengetahui
permasalahan dengan sangat baik dan disiplin, biasanya dapat melakukan sesuatu
yang menyimpang dari cara-cara tradisional. Proses kreativitas melibatkan
adanya ide-ide baru, berguna, dan tidak terduga tetapi dapat
diimplementasikan.
Tahap-Tahap Kreativitas
Secara umum tahapan kreativitas dapat dibagi
dalam 4 tahap: Exploring, Inventing, Choosing dan Implementing.
1. Exploring. Pada
tahap ini pekerja atau businessman mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin
dilakukan dalam kondisi yang ada saat ini. Sekali mereka mendapatkan jawaban
dari pertanyaan tersebut maka proses kreativitas sudah dimulai.Hal penting yang
harus diperhatikan pada saat ini adalah menciptakan iklim yang menunjang proses
berpikir kreatif
2. Inventing.
Pada tahap ini, sangat penting bagi perusahaan untuk melihat atau mereview
berbagai alat, teknik dan metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat
membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang traditional.
3. Choosing.
Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi dan memilih ide-ide yang
paling mungkin untuk dilaksanakan.
4. Implementing.
Tahap akhir untuk dapat disebut kreatif adalah bagaimana membuat suatu ide
dapat diimplementasikan. Seseorang bisa saja memiliki ide cemerlang,
tetapi jika ide tersebut tidak dapat diimplementasikan, maka hal itu menjadi
sia-sia saja. Sama saja dengan syair lagu "layu sebelum
berkembang".
Model Kreativitas
Menurut Charles Prather, dalam bukunya Blueprint
for Innovation, gaya atau model kreativitas seseorang bersifat menetap.
Prather membagi 2 gaya kreativitas:
1. Adaptive
Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam
bekerja cenderung menggunakan kreativitas untuk menyempurnakan system dimana
mereka bekerja. Hal-hal yang terlihat pada orang yang memiliki gaya ini adalah
bahwa mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat system menjadi lebih
baik, lebih cepat, lebih murah dan efisien. Apa yang mereka lakukan akan dapat
dilihat hasilnya secara cepat. Oleh karena itu mereka lebih sering mendapat
penghargaan.
2. Innovative
Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam
bekerja cenderung untuk menantang dan mengubah sistem yang sudah ada. Mereka
dapat disebut sebagai "agent of change" karena lebih
memfokuskan pada penemuan sistem baru daripada menyempurnakan yang sudah
ada. Dalam perusahaan mereka dapat dilihat pada bagian-bagian yang
melakukan riset, penciptaan produk baru, mengantisipasi kebutuhan pelanggan
tanpa diminta, dan orang-orang yang menjaga kelangsungan hidup perusahaan
di masa yang akan datang.
Hambatan untuk Berpikir Kreatif
Meskipun kreativitas dan inovasi sangat
dihargai di banyak perusahaan, namun hal tersebut tidak selalu dikomunikasi
kepada para pegawainya. Perusahaan bahkan seringkali tidak memberikan ruang
gerak bagi para pekerjanya untuk berkreasi dan berinovasi. Banyak
perusahaan di Indonesia merupakan contoh dimana ide-ide kreatif hanya
berakhir diruang-ruang rapat semata.
Hambatan lain yang mengganggu kreativitas
adalah jika pekerjaan yang kita jalani tidak sesuai dengan minat dan bakat yang
kita miliki. Selain itu gaya kreativitas yang dimiliki tidak "match"
dengan tuntutan pekerjaan sehari-hari. Contoh: gaya kreativitas Anda
adalah sebagai "agent of change" tetapi pekerjaan Anda lebih
bersifat rutin, mekanistik dan menuntut anda untuk melakukannya sesuai dengan
aturan atau prosedur yang sudah baku.
Hambatan lain datang dari unsur psikologis.
Untuk menjadi kreatif seseorang harus berani untuk dinilai aneh oleh orang
lain. Lihat saja para penemu dan seniman-seniman besar yang pada saat
menciptakan karyanya seringkali dianggap "gila". Nah, karena
itu tidak semua pegawai siap untuk berbeda pendapat/ide dengan orang lain
meskipun ide tersebut kemudian terbukti benar. Pola pendidikan kita yang kurang
mendorong adanya variasi atau perbedaan pendapat juga sangat mendukung
kurangnya kreativitas pegawai.
Menumbuhkan Kreativitas
Pada dasarnya kreativitas dapat terjadi di
semua bentuk organisasi atau perusahaan sejauh organisasi tersebut menghargai
atau mendorong individu-individu untuk berkreasi. Jika tidak, maka individu
yang kreatif akan menjadi frustrasi dan selanjutnya terjebak dengan rutinitas
yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk
menciptakan kreativitas dibutuhkan lingkungan kerja kondusif yang menyenangkan (fun),
penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi individu untuk melakukan
berbagai permainan atau percobaan. Membentuk lingkungan yang kondusif seperti
itu sangatlah tidak mudah bagi sebuah organisasi. Mendorong kreativitas dalam
dunia kerja menuntut iklim yang permissif terhadap existensi
individualitas dan penerimaan terhadap rasa humor, disamping tetap memegang
teguh rasa hormat, kepercayaan dan komitment sebagai norma yang berlaku.
Salah satu cara terbaik untuk mendorong
kreativitas dan inovasi dalam sebuah perusahaan adalah dengan cara mengukur
sejauhmana hal tersebut telah dilakukan. Perusahaan dianjurkan untuk memasukkan
unsur kreativitas dan inovasi ke dalam proses evaluasi kerja. Sebagai contoh:
masukan unsur penilaian tentang berapa banyak ide dari seseorang atau kelompok (teamwork)
yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan. Jika hal ini terkomunikasi dengan
baik maka setiap individu akan berusaha untuk memberikan ide secara
konstruktif.
Penempatan pegawai dengan konsep the right
people with the right job juga merupakan cara yang tepat untuk menstimulasi
munculnya kreativitas dan inovasi. Hal ini karena penempatan pegawai pada
posisi yang tepat akan mengurangi supervisi sehingga memberikan otonomi bagi
individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pekerjaannya.
Root-Bernstein, salah seorang penulis buku Sparks
of Genius, mengusulkan pentingnya pegawai untuk keluar dari cara kerja yang
rutin sehingga dapat melihat masalah pekerjaan dengan cara yang baru. Salah
satu cara untuk mewujudkan hal tersebut menurut Bernstein perlu dilakukan brainstorming
secara regular. Dengan melakukan brainstorming pegawai diharapkan dapat
memberikan ide dan solusi yang baru. Selamat mencoba.
Sumber :
http://www.e-psikologi.com/artikel/organisasi-industri/menumbuhkan-kreativitas-di-tempat-kerja
Sumber :
http://www.e-psikologi.com/artikel/organisasi-industri/menumbuhkan-kreativitas-di-tempat-kerja
No comments:
Post a Comment