Ketika berbicara mengenai leadership atau kepemimpinan, intonasi dan
warna suara menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Pemimpin,
katakanlah politisi yang memiliki suara berat dan jelas lebih mampu
menggaet para voters, juga CEO dengan suara berat mampu memimpin
perusahaan yang besar.
Rosario Signorello, seorang periset dari UCLA Acoustic Science
meneliti tentang bagaimana kita bisa memperbaiki suara kita jika memang
tidak terlahir dengan suara baritone. “Anda bisa mengakali suara Anda
sehingga menguatkan persepsi orang bahwa kita adalah seorang pemimpin,
ungkapnya kepada Wall Street Journal.
Signorello masih harus mempelajari teknik suara ini untuk
kepemimpinan perempuan, tetapi bagi kaum pria, berikut beberapa cara
tips untuk memperbaiki warna suara sehingga berkarakter seorang
pemimpin.
Jangan Meniru-niru/Memalsukan Suara atau Aksen
Terpikir untuk mengikuti suara penyanyi Barry White yang berat?
Tunggu dulu! Sengaja menirukan suara orang atau menurunkan tone suara
agar terlihat lebih parau dan serak seperti ini justru terkesan tak bisa
dipercaya. Menurut sebuah penelitian dari Universitas Miami dan
Universitas Duke suara asli atau natural terdengar 80% lebih meyakinkan
di mata karyawan dibandingkan suara yang dibuat-buat.
Kerahkan range suara Anda, dari yang paling tinggi hingga rendah
Tiga buah pidato yang dilakukan oleh politisi dalam tiga bahasa,
diteliti oleh Signorello bersama dengan koleganya dalam sebuah studi
tentang pola vokal politisi. Tujuan penelitian mereka adalah mencari
pidato mana yang paling berkharisma. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan sebuah alat synthesizer untuk mengukur akustik
mereka. Selain itu, mereka juga mengartikan kata-kata yang diucapkan
politisi yang berpidato. Dari penelitian tersebut, ditemukan hasil bahwa
pidato yang paling karismatik berasal dari pidato yang memanfaatkan
permainan range suara. Ada satu waktu di mana orang yang berpidato
bersuara tinggi dan rendah.
Turunkan intonasi ketika berbicara dengan kolega
Memanfaatkan nada tinggi saat berpidato, ternyata tidak demkian
ketika berbicara dengan pemimpin lainnya. Menurut penelitian dari UCLA,
para politisi tersebut cenderung merendahkan intonasi ketika berbicara
dengan koleganya. Perbedaannya semakin terlihat ketika mereka tengah
membicarakan topik yang tidak berbau politik.
Sumber : portalhr.com
No comments:
Post a Comment