Usaha untuk
meneliti kepemimpinan sudah dimulai sejak lama. Terutama di Amerika
Serikat, usaha tersebut mulai dilakukan oleh studi-studi dari
Universitas Iowa disekitar tahun 1930, di Universitas Ohio tahun 1945,
dan di Universitas Michigan tahun 1947. Mulai saat itu usaha untuk
mengembangkan teori kepemimpinan melaju dengan pesatnya. Banyak
teori-teori yang dikembangkan dari hasil penelitian itu, diantaranya
teori sifat, teori kelompok atau teori pertukaran, teori situasional
dan model kontijensi, teori path-goal, dan pendekatan “Social Learning“. Dan dari teori-teori itu banyak dikenalkan beberapa model dan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Dari gaya ini dapat
diambil manfaatnya untuk dipergunakan sebagai pedoman bagi pemimpin
dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya. Gaya-gaya kepemimpinan
yang banyak dikenalkan oleh para ahli teori kepemimpinan antara lain:- gaya kepemimpinan kontinum (otokratis dan demokratis),
- gaya kepemimpinan managerial grid,
- gaya tiga dimensi dari Reddin,
- gaya empat sistem dari Likert,
- dan gaya yang nampaknya paling akhir dalam perkembangan teori kepemimpinan di Amerika Serikat, yakni gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.
Kepemimpinan
situasional ini dihubungkan dengan perilaku pemimpin dengan bawahan
atau pengikutnya. Adapun para pengikut ini dilihat sampai dimana
tingkat kematangannya, dalam hal mau dan mampu melakukan
tugas-tugasnya.
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada
dua hal yang biasanya dilakukan olehnya terhadap pengikut, yakni:
perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan hanya
dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku mendukung diartikan
dalam komunikasi dua arah.
Kalau kedua norma
perilaku itu dituangkan ke dalam dua poros yang berbeda, maka akan
melahirkan empat gaya kepemimpinan, yaitu: Gaya 1 (G1) tinggi
pengarahan rendah dukungan, Gaya 2 (G2) tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, Gaya 3 (G3) tinggi dukungan dan rendah pengarahan, dan Gaya 4
(G4) rendah dukungan dan rendah pengarahan.
Oleh karena fungsi
kepemimpinan yang lazim ialah membuat keputusan, maka gaya
kepemimpinan tersebut akan nampak jika dipraktekkan dalam hal melakukan
pembuatan keputusan. Dalam hal ini empat gaya tersebut akan dapat
rujukan tindakan-tindakan tertentu.
Untuk gaya
1 (G1) pemimpin suka terhadap tinggi pengarahan dan rendah dukungan.
Tindakan seperti ini dapat dirujuk dengan tindakan instruksi. Hal ini
dilakukan olehnya, karena situasi kematangan bawahan masih rendah. Dan
kalau dihubungkan sumber dan bentuk kekuasaan yang dipunyainya, maka
pemimpin menyukai sumber kekuasaan paksaan. Sumber kekuasaan ini sangat
efektif dijalankan olehnya.
Untuk gaya 2 (G2) dirujuh dengan
tindakan konsultasi. Karena masih banyak memberikan pengarahan dan juga
perilaku mendukung. Tindakan ini dilakukan karena kematangan bawahan
dalam keadaan sedang. Sumber kekuasaan yang ada pada-nya penghargaan
dan legitimasi.
Untuk gaya 3 (G3) tindakan
pemimpin dirujuk dengan partisipasi. Ini berarti dukungan pemimpin
lebih tinggi dibandingkan dengan pengarahannya. Karena kematangan
bawahan sudah agak tinggi (M3). Posisi kontrol atas pemecahan masalah
atau pembuatan keputusan dipegang bergantian antara pemimpin dan
bawahan. Sumber kekuasaannya adalah kekuasaan referensi dan informasi.
Pemimpin menunjukkan kebolehannya sebagai orang yang lebih dari
bawahannya, sehingga penampilan, bobot, dan perilakunya disenangi dan
diterima oleh bawahannya. Bawahan menyukainya dan menganggap sebagai
sumber informasi, dan tempat bertanya.
Sedangkan gaya 4 (G4)
dirujuk dengan tindakan delegasi, karena rendah dukungan dan rendah
pengarahan. Hal ini diperbuat karena kematangan bawahan sudah pada
taraf yang tinggi (M4). Pemimpin sering mendiskusikan masalah
bersama-sama dengan bawahan, sehingga tercapai kesepakatan. Pembuatan
keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber kekuasaan yang ada
padanya kekuasaan keahlian dan informasi.
Demikianlan
inti pokok pembahasan kepemimpinan dalam hubungannya dengan kekuasaan.
Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan kekuasaan
mempunyai relevansi yang cukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu proses
untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi,
membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan
potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Ini berarti bahwa kekuasaan
adalah merupakan suatu sumber yang memungkinkan seorang pemimpin
mendapatkan hak untuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi oran lain.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1854003-perilaku-organisasi-konsep-dasar-dan/#ixzz1K4n2iXvL
No comments:
Post a Comment